ANALISIS POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA TERHADAP PANGAN BERBAHAN BAKU UMBI-UMBIAN DI DUSUN GENDERAN, DESA SUKODADI, KABUPATEN MALANG
(Nikolaus Wangga Maku, Lisa Kurniawati, Sari Perwita)
DOI : 10.37832/bistek.v1i1.12
- Volume: 1,
Issue: 1,
Sitasi : 0 15-Dec-2014
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.02-Aug-2025
Abstrak:
Pola konsumsi dan besar konsumsi suatu rumah tangga dapat disebabkan oleh pendidikan yang dimiliki seseorang. Kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masa depan keluarga akan mengakibatkan konsumsi non makanan semakin meningkat. Ia menambahkanm bahwa tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan akan membuat rumah tangga tersebut mengalokasikan pendapatannya untuk pendidikan dan menghemat pos pengeluaran lain. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pendapatan rumah tangga akan memberikan dampak terhadap jumlah konsumsi bahan pangan berbahan baku umbi-umbian. Dilihat dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa pendapatan rata-rata keluarga di Dusun genderan sebesar Rp. 1.029.630 yang memberikan nilai koefisien regresi berganda pendapatan yang dihasilkan sebesar 0,537 menyatakan bahwa secara parsial (sendiri-sendiri) pendapatan yang dihasilkan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi bahan pangan berbahan baku umbi-umbian, (2) Harga bahan pangan berbahan umbi-umbian memberikan pengaruh terhadap jumlah konsumsi bahan pangan berbahan baku umbi-umbian dengan nilai koefisien regresi berganda sebesar 0,288. (3) Harga bahan pangan beras memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi bahan pangan berbahan baku umbi-umbian dengan nilai koefisien regresi berganda sebesar – 0,211 (4) Jumlah anggota keluarga memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi bahan pangan berbahan baku umbi-umbian dengan nilai koefisien regresi berganda sebesar 0,625, (5) Pendidikan ibu rumah tangga memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi bahanpangan berbahan baku umbi-umbian dengan nilai koefisien regresi berganda sebesar – 0,188, dan (6) Usia memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi bahan pangan berbahan baku umbi-umbian dengan nilai koefisien regresi berganda usia sebesar 0,131.Kata Kunci: Pola konsumsi, Bahan baku umbi-umbian
|
0 |
2014 |
ANALISIS EFISIENSI USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) (Studi Kasus di Kelompok Tani Anjasmoro IV, Dusun Jurang Kuali, Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu)
(Yohanes Berkhmans Kletus Dupa, Lisa Kurniawati, Sari Perwita)
DOI : 10.37832/bistek.v1i1.15
- Volume: 1,
Issue: 1,
Sitasi : 0 15-Dec-2014
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.02-Aug-2025
Abstrak:
Salah satu tanaman yang cocok dikembangkan untuk mengatasi masalah pangan dan ekonomi adalah tanaman kentang (Solanum tuberosum L.). Kentang adalah komoditas sayuran dengan kegunaan ganda, yaitu sebagai sayuran dan substitusi karbohidrat (Duriat dkk, 2006). Kentang juga bisa menjadi bahan pangan alternatif pengganti beras dan jagung serta mampu menunjang program penganekaragaman (diversifikasi) pangan. Penentuan daerah penelitian secara sengaja di Dusun Jurang Kuali, Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Pemilihan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive) pada kelompok tani Anjasmoro IV. Mengingat jumlah anggota kelompok tani Anjasmoro IV yang mengusahatanikan kentang sebanyak 45 orang anggota tani, maka jumlah sampel penelitian adalah sampel homogen yaitu sebanyak 45 orang anggota tani pada kelompok tani tersebut semuanya dijadikan sampel. Metode analisis yang digunakan adalahanalisis regresi fungsi produksi Cobb-Douglass, analisis Break Even Point, pengujian tingkat efisiensi meliputi efisiensi teknis, harga dan ekonomis. Faktor produksi yang dianalisis yaitu luas lahan, jumlah bibit, jumlah pupuk kandang, jumlah pupuk kimia, jumlah pestisida, dan jumlah tenaga kerja (HOK). Uji F, nilai Fhitung (15,471) > Ftabel (2,35) berarti secara bersama-sama dari keenam variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Uji t, terdapat 2 (dua) variabel bebas berpengaruh ( ? 5%) yaitu jumlah pupuk kandang dan jumlah tenaga kerja. Rata-rata volume produksi petani 34.497,69 kg/ha > volume BEP 12.074,05 kg, maka terima H0 tolak H1, artinya volume produksi sudah mencapai titik impas, petani untung. Rata-rata harga jual petani sebesar Rp 4222,2 per kg > harga BEP 1.477,752 per kg. Maka, terima H0 tolak H1, artinya harga jual kentang di tingkat petani sudah mencapai BEP, petani untung. Satu variabel yang belum mencapai efisiensi teknis, yaitu jumlah pestisida yang dilihat dari elastisitas produksi bernilai negatif < 0, berada pada daerah produksi irasional (Tahap III). Untuk efisiensi harga dan ekonomi, penggunaan faktor produksi dari keenam variabel tidak efisien, hal ini dikarenakan NPM (Nilai Produk Marginal) dari masing-masing faktor produksi tersebut < 1. Berarti penggunaan faktor produksi harus dikurangi sehingga terciptanya kedua efisiensi.Kata Kunci: efisiensi, usahatani kentang
|
0 |
2014 |
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BERAS ORGANIK (Studi Kasus di Kelompok Petani Sumber Makmur 1, Desa Sumber Ngepoh, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang)
(Aloysius, Lisa Kurniawati, Stefanus Jufra M. Taneo)
DOI : 10.37832/bistek.v1i1.8
- Volume: 1,
Issue: 1,
Sitasi : 0 15-Dec-2014
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.02-Aug-2025
Abstrak:
Usaha tani padi organik menghadapi berbagai permasalah terutama yang terkait dengan efisiensi pemasaran. Pemasaran yang efisien adalah ketika total biaya yang dikeluarkan petani lebih kecil dari total nilai produk yang diterima (TB < TNP) dan efisiensi pemasaran juga dipengaruhi oleh Break Even Point (BEP), semakin rendah nilai titik impas akan menyebabkan EP yang semakin tinggi (< 100%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi pemasaran beras organik dan untuk mengetahui BEP dari harga jual dan jumlah produksi beras organik yang dapat disasilkan petani dalam satu kali masa produksi. Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani Sumber Makmur 1, Desa Sumber Ngepoh, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Metode sensus digunakan dalam penentuan sampel, dengan total populasi sebanyak 44 petani. Data diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi, dengan metode analisis data kuantitatif. Hipotesis penelitian: 1) Pemasaran beras organik belum efisien. 2) Harga jual dan jumlah produksi beras organik sudah mencapai Break Even Point (BEP). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan efisiensi pemasaran dicapai nilai sebesar 64,66%,. Hal tersebut berati bahwa total biaya yang dikeluarkan petani hanya sebesar 64,66% dari total nilai produk yang terjual. Untuk BEP harga jual sebesar Rp. 4.849 dan BEP produksi sebesar 1.855 kg, berarti harga jual yang ditetapkan petani sebesar Rp. 7.500 dan produksi yang dihasilkan sebesar 2.870 kg sudah mencapai BEP. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, berarti pemasaran beras organik di Kelompok Tani Sumber Makmur 1, Desa Sumber Ngepoh sudah mencapai BEP.Kata Kunci: Beras Organik, Efisiensi Pemasaran, Break Even Point
|
0 |
2014 |
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN HOME INDUSTRY KERIPIK TEMPE (Studi Kasus Home Industry di Jalan Sanan Kota Malang)
(Albertus Jemirolis Rudin, Lisa Kurniawati, Sari Perwita)
DOI : 10.37832/bistek.v1i1.7
- Volume: 1,
Issue: 1,
Sitasi : 0 15-Dec-2014
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.02-Aug-2025
Abstrak:
Keripik tempe adalah jenis makanan ringan hasil olahan tempe. Kadar protein keripik tempe cukup tinggi yaitu berkisar anatara 23% - 25%. Industri keripik tempe merupakan industri yang terkait langsung dengan komoditi kedelai dan tempe. Selain memiliki prospek pasar yang cukup baik akibat tingginya tingkat permintaan, keberadaan industri keripik tempe juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Tujuan pengolahan keripik tempe itu adalah untuk meningkatkan nilai tambah kedelai itu agar memperoleh nilai jual yang tinggi di pasaran. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui besarnya volume produksi dan harga produksi pada home industry keripik tempe sudah mencapai titik impas (Break Even Point). (2) untuk mengetahui keuntungan home industry keripik tempe. (3) untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan dalam home industry keripik tempe. Penelitian dilakukan pada home industry keripik tempe di jalan Sanan kota Malang. Penentuan responden dalam pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dan jumlah sampel responden pada penelitian ini adalah 41 home industry keripik tempe. Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis 1 menggunakan analisis break event poin (BEP), untuk menguji hipotesis 2 menggunakan R/C Ratio, dan untuk menguji hipotesis 3 menggunakan analisis nilai tambah. Simpulan penelitian (1) volume produksi dan harga jual keripik tempe pada home industry keripik tempe sudah mencapai break event point (BEP), (2) home industry keripik tempe sudah menguntungkan karena nilai R/C Ratio > 1 sebesar 1,12, (3) home industry keripik tempe memberikan nilai tambah sebesar Rp 5.624,37 per kg.Kata Kunci : Keripik Tempe, Pendapatan, Nilai Tambah
|
0 |
2014 |
PENGARUH LAMA PEREBUSAN SECANG DAN KONSENTRASI GULA PASIR TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN INSTAN SECANG
(Disa Ardelia Ilyas, Sri Susilowati, Jinarti)
DOI : 10.37832/bistek.v1i1.10
- Volume: 1,
Issue: 1,
Sitasi : 0 15-Dec-2014
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.02-Aug-2025
Abstrak:
Secang memiliki kandungan kimia antara lain saponin, minyak atsiri, asam tanin, brazilin, dan senyawa fenol. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari lama perebusan secang dan konsentrasi gula pasir terhadap sifat kimia dan organoleptik minuman instan secang.Analisis yang dilakukan meliputi kadar tanin, kadar air, kadar abu, kadar gula, rasa, warna, dan aroma. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor, dan 3 kelompok. Faktor 1 adalah lama perebusan secang dengan 3 level yaitu 10 menit, 15 menit, dan 20 menit, dan faktor 2 adalah konsentrasi gula pasir dengan 3 level yaitu 150%, 200%, dan 250%. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA), untuk mengetahui pengaruh perlakuan digunakan Tabel F 5% dan F 1% untuk membandingkan F hitung. Selanjutnya dilakukan uji Tukey. Berdasarkan pada analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi lama perebusan secang dan konsentrasi gula pasir berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% untuk kadar air kadar abu; berpengaruh nyata pada taraf 5% untuk kadar gula dan tidak berpengaruh nyata pada kadar tanin. Uji organoleptik pada perlakuan lama perebusan secang dan konsentrasi gula pasir tidak berpengaruh nyata terhadap rasa, warna, dan aroma minuman instan secang. Perlakuan yang direkomendasikan untuk dilakukan sehingga menghasilkan kadar tanin, kadar gula tertinggi dan kadar abu dan kadar air rendah adalah pada perlakuan lama perebusan 20 menit dan konsentrasi gula pasir 150% dengan kadar tanin sebesar 2,2374%; kadar air 1,9077%; kadar abu 0,035 dan kadar gula 10,6%. Kata kunci: secang, konsentrasi gula pasir
|
0 |
2014 |
PENGARUH SUBSTITUSI UBI JALAR UNGUTERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK COOKIES UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas var Ayamurasaki)
(Olivia De Jesus Martins, Sri Susilowati, Jinarti)
DOI : 10.37832/bistek.v1i1.13
- Volume: 1,
Issue: 1,
Sitasi : 0 15-Dec-2014
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.02-Aug-2025
Abstrak:
Ubi jalar ungu atau Ipomea batatas var Ayamurasaki merupakan salah satu tanaman yang berasal dari Amerika Selatan yang sukses dikembangkan di Indonesia sebagai tanaman pangan. Umbi-umbian merupakan salah satu hasil pertanian Indonesia yang banyak dibudidayakan di Pulau Jawa, terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ubi jalar mengadung vitamin A yang lebih tinggi dari pada umbian-umbian dan padi-padian yang lainnya. Jumlah vitamin C yang sangat tinggi berfungsi sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui substitusi ubi jalar ungu terhadap sifat kimia dan organoleptik cookies ubi jalar ungu. Analisis yang dilakukan meliputi aktivitas antioksidan, kadar air, kadar protein, tekstur, warna, rasa, dan tekstur. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan yaitu substitusi ubi jalar ungu. Perlakuan terdiri dari 3 level yaitu:(S1) 75 gram ubi jalar ungu:425 gram tepung terigu protein sedang. (S2) 125 gram ubi jalar ungu :375 gram tepung terigu protein sedang. (S3) 175 gram ubi jalar ungu :325 gram tepung terigu protein sedang. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan uji F dengan menggunakan Tabel F 5% dan 1%. Jika F hitung lebih besar dari F Tabel, maka ada perbedaan. Selanjutnya dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa substitusi ubi jalar ungu dibanding tepung terigu protein sedang tidak berpengaruh nyata pada aktivitas antioksidan, kadar air, kadar protein, sedangkan analisis tekstur berpengaruh nyata. Uji organoleptik pada perlakuansubstitusi ubi jalar ungu dibanding tepung terigu protein sedang tidak berpengaruh nyata terhadap rasa, warna, dan tekstur. Perlakuan yang direkomendasikan untuk dilakukan sehingga menghasilkan aktivitas antioksidan, kadar air rendah dan kadar protein tertinggi adalah pada perlakuan substitusi ubi jalar ungu 175% dibanding tepung terigu protein sedang 325%.Kata Kunci: Ubi Jalar Ungu, Cookies, Sifat Kimia, Sifat Organoleptik
|
0 |
2014 |
KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA POLIFENOL DAN ANTIOKSIDAN DALAM BERBAGAI VARIETAS DAN TINGKAT PERKEMBANGAN DAUN UBI JALAR
(Andika Novanto Putra Wijaya, Kukuk Yudiono, Sri Susilowati)
DOI : 10.37832/bistek.v1i1.9
- Volume: 1,
Issue: 1,
Sitasi : 0 15-Dec-2014
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.02-Aug-2025
Abstrak:
Polifenol memiliki manfaat sebagai salah satu antioksidan serta obat herbal. Daun ubi jalar merupakan salah satu sumber polifenol yang mudah untuk didapatkan karena sering tidak dimanfaatkan setelah panen. Pada proses metabolisme senyawa polifenol dipengaruhi oleh berbagai faktor dan tingkat pertumbuhan daun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh varietas dari daun ubi jalar terhadap konsentrasi senyawa polifenol dan aktivitas antioksidannya. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor dan 2 ulangan. Faktor pertama dengan empat tingkat berbagai ubi jalar yaitu MSU 03028-10 (Calon Varietas), RIS 03063-05 (Calon Varietas), BB 97256-9 (Sawentar) dan MSU 99051-1 (Solossa Papua) dan faktor kedua dengan empat tingkat perkembangan daun adalah perkembangan 1 sampai 4, 5 sampai 8, 9 sampai 12 dan 13 sampai 16 yang dihitung dari pucuk daun. Untuk mengetahui dampak perlakuan dilakukan analisis ragam dan menggunakan tabel F 1% dan 5% untuk perbandingan uji F. Kemudian dilakukan uji lanjut Tukey. Analisis ragam menunjukkan bahwa variasi dan pengembangan daun ubi jalar polifenol yang sangat signifikan pada 1% untuk tingkat nyata konsentrasi polifenol dan aktivitas antioksidan. Perlakuandianjurkan untuk dilakukan sehingga mendapatkan polifenol konsentrasi yang lebih tinggi dan aktivitas antioksidan yang tinggi adalah perlakuan dengan varietas RIS 03063-05 (Calon Varietas) dan perkembangan daun 1 sampai 4 yang memiliki polifenol konsentrasi pada 4,0947 mg / g bahan kering dan aktivitas antioksidan 67,1875%.Kata Kunci: Polifenol, Antioksidan, Daun Ubi Jalar
|
0 |
2014 |