KAJIAN PEMAHAMAN PENGGUNA SEPEDA MOTOR DALAM BERLALU LINTAS (STUDI KASUS KOTA UNGARAN DAN SEKITARNYA)
(Sari Kusumaningrum, Bertha Sylvia Pratiwi)
DOI : 10.26623/teknika.v10i1.755
- Volume: 10,
Issue: 1,
Sitasi : 0 23-Mar-2015
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
Selama beberapa dekade (mulai tahun 1980 an) seiring berkembang sepeda motor menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan ini semakin meningkat setelah krisis moneter tahun 1998. Peralihan moda ini banyak yang berpindah dari angkutan umum maupun angkutan tak bermotor yang beralih pada angkutan sepeda motor. Permasalahan yang muncul tidak hanya pada permasalahan teknis saja terkait kemacetan, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya, namun sudah menjadi permasalahan sosial maupun budaya. Permasalahan sosial dan budaya sangat kental terlihat dari perilaku di dalam berlalu lintas.Pemikiran inilah yang dinilai perlu adanya Kajian Pemahaman Pengguna Sepeda Motor Dalam Berlalu Lintas di Kota Ungaran dan sekitarnya, sebagai dasar penentuan kebijakan Pemerintah ke depannya terkait penggunaan sepeda motor.Tujuan jangka panjang dari penelitian ini sebagai bahan kebijakan Pemerintah Daerah untuk mendapatkan informasi terkait seberapa besar pemahaman masyarakat berlalu lintas terutama pengguna sepeda motor, sehingga terdapat usulan kebijakan untuk dapat mewujudkan Kota Ungaran sebagai Kota tertib lalu lintas. Dalam penelitian Kajian Pemahaman Pengguna Sepeda Motor Dalam Berlalu Lintas (Studi Kasus Kota Ungaran dan sekitarnya) ini menggunakan analisis deskripsi sederhana dengan menggunakan analisis statistik tabulasi silang (cross tab). Hasil sementara Rata-rata responden memahami komponen berlalu lintas antara 60-65 persen dan sekitar ± 10 persen ragu maupun kurang paham. Kondisi fisik kendaraan responden memiliki kelengkapan dan kondisi dalam sangat baik dengan diatas 90 persen memenuhi standar yang telah ditentukan. Sebagian besar responden sekitar 83 persen telah memiliki SIM C
|
0 |
2015 |
PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch) SEBAGAI BAHAN FORTIFIKASI ROTI TAWAR
(Lydia Ninan Lestario, Putri Malithasari, Susanti Pudji Hastuti)
DOI : 10.26623/jtphp.v12i1.482
- Volume: 12,
Issue: 1,
Sitasi : 0 05-Jan-2015
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh penambahan berbagai konsentrasi tepung labu kuning dalam pembuatan roti tawar terhadap kadar air, kadar abu, kadar beta karoten dan kadar serat dan untuk menentukan konsentrasi tepung labu kuning yang paling disukai oleh panelis berdasar pada uji organoleptik. Data kadar air, kadar abu, kadar beta karoten dan kadar serat roti tawar dianalisa secara statistik dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Sebagai perlakuan adalah konsentrasi tepung labu kuning, yaitu : 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, dan 12,5% sedang sebagai ulangan adalah waktu analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan berbagai konsentrasi tepung labu kuning dapat meningkatkan kadar ari, kadar abu, kadar beta karoten, dan kadar serat roti tawar yang dihasilkan. Hasil uji organoleptik dengan 30 panelis menunjukkan bahwa penambahan tepung labu kuning yang paling disukai adalah pada konsentrasi 5% dan 7,5%, dengan kadar air 32,22 % dan 33,52 %, kadar abu 0,92 % dan 1,04 %, kadar beta karoten 5,27 mg/100g dan 6,82 mg/100g, serta kadar abu 3,33 % dan 4,62 %.The objectives of this study were to determine the effect of various pumpkin flour concentration addition in bread as revealed by water, ash, beta carotene, and fiber content, to determine the most preferred concentration of pumpkin flour applied in bread by panelists based on the organoleptic test. The water, ash, beta carotene, and fiber contents of bread were analyzed by Randomized Completely Block Design (RCBD), with 6 treatments and 4 replications. As the treatments were various concentration of pumpkin flour addition which are : 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, and 12,5% respectively, and as blocks were time of analysis. The results showed that the addition of pumpkin flour with various concentration can increase the water, ash, beta carotene, and fiber content. The results of organoleptic test using 30 panelists showed that the most preferred concentration of pumpkin flour applied in bread 5% and 7,5% with the range of water content 32,22 % and 33,52 %, ash content 0,92 % and 1,04 %, beta carotene content 5,27 mg/100g and 6,82 mg/100g, and fiber content 3,33 % and 4,62 %.
|
0 |
2015 |
EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Manihot utilissima) (Studi Kasus di Desa Argotirto, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang)
(Redemptus Burak Wellan, Lisa Kurniawati, Sari Perwita)
DOI : 10.37832/bistek.v1i1.14
- Volume: 1,
Issue: 1,
Sitasi : 0 15-Dec-2014
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.02-Aug-2025
Abstrak:
Produksi ubi kayu dapat dicapai secara optimal apabila penggunaan input produksi dilaksanakan dengan baik serta sesuai dengan sistem usahatani. Salah satu daerah di Kabupaten Malang yang melakukan usahatani ubi kayu adalah Desa Argotirto Kecamatan Sumbermanjing, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisisensi produksi dan pendapatan usahatani ubi kayu di daerah tersebut. Berdasarkan analisis efisiensi teknis luas lahan dan tenaga kerja tidak efisien. Sedangkan jumlah bibit, pupuk buatan atau kimia, dan tenaga kerja belum efisien. Untuk efisiensi harga, faktor produksi dan luas lahan dan tenaga kerja tidak efisien karena rasiokurang dari satu (<1). Sedangkan jumlah benih, pupuk buatan atau kimia, serta pupuk kandang belum efisien karena rasio lebih besar dari satu (>1). Pada efisiensi ekonomi, faktor produksi luas lahan dan tenaga kerja tidak efisien. Sedangkan jumlah bibit, pupuk buatan atau kimia,dan pupuk kandang, belum efisien. Berdasarkan analisis biaya dan pertanian ubi kayu pendapatan, ubi kayu menunjukkan bahwa pertanian di desa Argotirto sudah menguntungkan karena rasio R/C lebih besar dari satu (>1) yaitu 1,19. Dengan demikian, penerimaan usahatani ubi kayu lebih besar dari biaya produksi.Kata kunci: Ubi Kayu, Usahatani, Efisiensi Produksi, Pendapatan
|
0 |
2014 |
EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JAGUNG (Zea mays L) (Studi Kasus PT Branitha Shandini Mosanto Desa Kidangbang Kecamatan Wajak Kabupaten Malang)
(Florianus Arsi, Lisa Kurniawati, Sari Perwita)
DOI : 10.37832/bistek.v1i1.11
- Volume: 1,
Issue: 1,
Sitasi : 0 15-Dec-2014
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.02-Aug-2025
Abstrak:
Jagung hibrida (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang baik dalam perekonomian Indonesia, karena merupakan bahan makanan penghasil karbohidrat kedua setelah padi. Jagung hibrida juga merupakan suatu makanan pokok masyarakat Indonesia, dan juga sebagai makanan ternak dan bahan baku industri produk makanan. Dalam usahatani jagung hibrida perusahaan bekerjasama dengan Kelompok Tani Mosanto, Kabupaten Malang untuk memproduksi jagung pembenihan, dimana perusahaan menyediakan input produksi seperti: modal, dan benih jagung dengan mengadakan ikatan kontrak kerja selama semusim panen, dan hasilnya akan dijual semua kepada perusahaan.Penentuan responden dalam pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling, yaitu setiap sampel yang berukuran sama memiliki probabilitas yang sama untuk terpilih dari populasi. Jumlah anggota Kelompok Tani jagung hibrida pada penelitian ini adalah 200 orang yang menjadi pelaku dalam usahatani. Besarnya sampel diambil dengan metode rumus Slovin menggunakan tingkat kekeliruan sebesar 10%. Berdasarkan hasilperhitungan, anggota Kelompok Tani yang dijadikan responden sebanyak 67 orang. Dalam penelitian ini rumusan masalah yang diteliti adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi yang dihasilkan dalam usahatani Jagung Hibrida? 2. Bagaimanakah tingkat efisiensi teknik penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jagung sudah efisien atau belum?. Dalam hipotesis I untuk mengetahui pengaruh faktor produksi adalah luas lahan, benih, tenaga kerja, pestisida, pupuk dan modal terhadap hasil produksi jagung, dengan menggunakan alat uji asumsi klasik dan analisis regresi pada fungsi produksi cob douglass. Dari 6 (enam) Faktor produksi yang diteliti semuanya berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung hibrida didaerah penelitian. Dalam hipotesis II menyatakan bahwa uji efisiensi teknis faktor produksi belum efisien karena dari pengolahan hasil angka menghasilkan secara keseluruhan faktor produksi yang digunakan semuanya belum efisien diihat dari angka koefisien regresi dengan melihat perbandingan elastisitas produksinya berada pada daerah I dan III menunjukan belum efisien dan tidak efisien.Kata kunci: efisiensi faktor produksi, usahatani jagung hibrida
|
0 |
2014 |
ANALISIS POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA TERHADAP PANGAN BERBAHAN BAKU UMBI-UMBIAN DI DUSUN GENDERAN, DESA SUKODADI, KABUPATEN MALANG
(Nikolaus Wangga Maku, Lisa Kurniawati, Sari Perwita)
DOI : 10.37832/bistek.v1i1.12
- Volume: 1,
Issue: 1,
Sitasi : 0 15-Dec-2014
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.02-Aug-2025
Abstrak:
Pola konsumsi dan besar konsumsi suatu rumah tangga dapat disebabkan oleh pendidikan yang dimiliki seseorang. Kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masa depan keluarga akan mengakibatkan konsumsi non makanan semakin meningkat. Ia menambahkanm bahwa tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan akan membuat rumah tangga tersebut mengalokasikan pendapatannya untuk pendidikan dan menghemat pos pengeluaran lain. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pendapatan rumah tangga akan memberikan dampak terhadap jumlah konsumsi bahan pangan berbahan baku umbi-umbian. Dilihat dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa pendapatan rata-rata keluarga di Dusun genderan sebesar Rp. 1.029.630 yang memberikan nilai koefisien regresi berganda pendapatan yang dihasilkan sebesar 0,537 menyatakan bahwa secara parsial (sendiri-sendiri) pendapatan yang dihasilkan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi bahan pangan berbahan baku umbi-umbian, (2) Harga bahan pangan berbahan umbi-umbian memberikan pengaruh terhadap jumlah konsumsi bahan pangan berbahan baku umbi-umbian dengan nilai koefisien regresi berganda sebesar 0,288. (3) Harga bahan pangan beras memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi bahan pangan berbahan baku umbi-umbian dengan nilai koefisien regresi berganda sebesar – 0,211 (4) Jumlah anggota keluarga memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi bahan pangan berbahan baku umbi-umbian dengan nilai koefisien regresi berganda sebesar 0,625, (5) Pendidikan ibu rumah tangga memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi bahanpangan berbahan baku umbi-umbian dengan nilai koefisien regresi berganda sebesar – 0,188, dan (6) Usia memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi bahan pangan berbahan baku umbi-umbian dengan nilai koefisien regresi berganda usia sebesar 0,131.Kata Kunci: Pola konsumsi, Bahan baku umbi-umbian
|
0 |
2014 |
ANALISIS EFISIENSI USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) (Studi Kasus di Kelompok Tani Anjasmoro IV, Dusun Jurang Kuali, Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu)
(Yohanes Berkhmans Kletus Dupa, Lisa Kurniawati, Sari Perwita)
DOI : 10.37832/bistek.v1i1.15
- Volume: 1,
Issue: 1,
Sitasi : 0 15-Dec-2014
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.02-Aug-2025
Abstrak:
Salah satu tanaman yang cocok dikembangkan untuk mengatasi masalah pangan dan ekonomi adalah tanaman kentang (Solanum tuberosum L.). Kentang adalah komoditas sayuran dengan kegunaan ganda, yaitu sebagai sayuran dan substitusi karbohidrat (Duriat dkk, 2006). Kentang juga bisa menjadi bahan pangan alternatif pengganti beras dan jagung serta mampu menunjang program penganekaragaman (diversifikasi) pangan. Penentuan daerah penelitian secara sengaja di Dusun Jurang Kuali, Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Pemilihan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive) pada kelompok tani Anjasmoro IV. Mengingat jumlah anggota kelompok tani Anjasmoro IV yang mengusahatanikan kentang sebanyak 45 orang anggota tani, maka jumlah sampel penelitian adalah sampel homogen yaitu sebanyak 45 orang anggota tani pada kelompok tani tersebut semuanya dijadikan sampel. Metode analisis yang digunakan adalahanalisis regresi fungsi produksi Cobb-Douglass, analisis Break Even Point, pengujian tingkat efisiensi meliputi efisiensi teknis, harga dan ekonomis. Faktor produksi yang dianalisis yaitu luas lahan, jumlah bibit, jumlah pupuk kandang, jumlah pupuk kimia, jumlah pestisida, dan jumlah tenaga kerja (HOK). Uji F, nilai Fhitung (15,471) > Ftabel (2,35) berarti secara bersama-sama dari keenam variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Uji t, terdapat 2 (dua) variabel bebas berpengaruh ( ? 5%) yaitu jumlah pupuk kandang dan jumlah tenaga kerja. Rata-rata volume produksi petani 34.497,69 kg/ha > volume BEP 12.074,05 kg, maka terima H0 tolak H1, artinya volume produksi sudah mencapai titik impas, petani untung. Rata-rata harga jual petani sebesar Rp 4222,2 per kg > harga BEP 1.477,752 per kg. Maka, terima H0 tolak H1, artinya harga jual kentang di tingkat petani sudah mencapai BEP, petani untung. Satu variabel yang belum mencapai efisiensi teknis, yaitu jumlah pestisida yang dilihat dari elastisitas produksi bernilai negatif < 0, berada pada daerah produksi irasional (Tahap III). Untuk efisiensi harga dan ekonomi, penggunaan faktor produksi dari keenam variabel tidak efisien, hal ini dikarenakan NPM (Nilai Produk Marginal) dari masing-masing faktor produksi tersebut < 1. Berarti penggunaan faktor produksi harus dikurangi sehingga terciptanya kedua efisiensi.Kata Kunci: efisiensi, usahatani kentang
|
0 |
2014 |
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN HOME INDUSTRY KERIPIK TEMPE (Studi Kasus Home Industry di Jalan Sanan Kota Malang)
(Albertus Jemirolis Rudin, Lisa Kurniawati, Sari Perwita)
DOI : 10.37832/bistek.v1i1.7
- Volume: 1,
Issue: 1,
Sitasi : 0 15-Dec-2014
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.02-Aug-2025
Abstrak:
Keripik tempe adalah jenis makanan ringan hasil olahan tempe. Kadar protein keripik tempe cukup tinggi yaitu berkisar anatara 23% - 25%. Industri keripik tempe merupakan industri yang terkait langsung dengan komoditi kedelai dan tempe. Selain memiliki prospek pasar yang cukup baik akibat tingginya tingkat permintaan, keberadaan industri keripik tempe juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Tujuan pengolahan keripik tempe itu adalah untuk meningkatkan nilai tambah kedelai itu agar memperoleh nilai jual yang tinggi di pasaran. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui besarnya volume produksi dan harga produksi pada home industry keripik tempe sudah mencapai titik impas (Break Even Point). (2) untuk mengetahui keuntungan home industry keripik tempe. (3) untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan dalam home industry keripik tempe. Penelitian dilakukan pada home industry keripik tempe di jalan Sanan kota Malang. Penentuan responden dalam pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dan jumlah sampel responden pada penelitian ini adalah 41 home industry keripik tempe. Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis 1 menggunakan analisis break event poin (BEP), untuk menguji hipotesis 2 menggunakan R/C Ratio, dan untuk menguji hipotesis 3 menggunakan analisis nilai tambah. Simpulan penelitian (1) volume produksi dan harga jual keripik tempe pada home industry keripik tempe sudah mencapai break event point (BEP), (2) home industry keripik tempe sudah menguntungkan karena nilai R/C Ratio > 1 sebesar 1,12, (3) home industry keripik tempe memberikan nilai tambah sebesar Rp 5.624,37 per kg.Kata Kunci : Keripik Tempe, Pendapatan, Nilai Tambah
|
0 |
2014 |