Multiple Burden Perempuan dalam Perspektif Tafsir al-Qurthubi dan al-Maraghi: Studi Komparatif
(Imroatul Ma'rifah, Nasrulloh Nasrulloh)
DOI : 10.62504/jimr1148
- Volume: 3,
Issue: 1,
Sitasi : 0 15-Jan-2025
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.31-Jul-2025
Abstrak:
Tafsir al-Qurthubi dan al-Maraghi tentang "Multiple Burden Women" adalah topik yang menarik untuk melihat bagaimana dua ulama besar ini memaknai dan menafsirkan peran dan tanggung jawab perempuan dalam konteks sosial dan religius. Tafsir al-Qurthubi dan Tafsir al-Maraghi adalah dua tafsir Al-Qur'an yang signifikan yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis beban ganda yang dihadapi perempuan dalam masyarakat. Tafsir al-Qurthubi, yang menggunakan pendekatan tradisional, menekankan peran penting perempuan dalam keluarga, seperti mendidik anak dan menjaga rumah tangga. Ia mengakui bahwa banyak perempuan mengalami kesulitan ketika harus menyeimbangkan tanggung jawab rumah tangga dengan keinginan untuk melakukan kontribusi di luar rumah. Sebaliknya, Tafsir al-Maraghi menawarkan perspektif yang lebih kontemporer dan progresif. Al-Maraghi menekankan betapa pentingnya mempertahankan hak-hak perempuan dan mendukung keadilan gender. Ia percaya bahwa perempuan memiliki potensi besar untuk berperan aktif dalam masyarakat dalam berbagai bidang sosial dan ekonomi, bukan hanya sebagai pengurus rumah tangga. Dia percaya bahwa perubahan sosial dan dukungan masyarakat dapat membantu perempuan mengatasi dua tantangan yang mereka hadapi. Studi ini menunjukkan bahwa, dengan membandingkan kedua tafsir ini, ada perbedaan yang signifikan dalam cara masing-masing tafsir memahami dan menawarkan solusi untuk masalah yang dihadapi perempuan. Hasil penelitian ini juga memberikan wawasan yang berharga untuk membangun pendekatan yang lebih adil dan mendukung perempuan di era modern, serta memperkuat pemahaman tentang pentingnya peran perempuan dalam kehidupan sosial dan keluarga. Fokus penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang perspektif al-Qurthubi tentang perempuan dalam kaitannya dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan perempuan, khususnya tentang kedudukan dan hak perempuan yang dibahas dalam kitab tafsir al-Qurthubi.
|
0 |
2025 |
Refleksi Woman Empowerment Muslim Modern di Era Kontemporer Berlandaskan Surat Al Qashash Ayat 23
(Nanda Lia Roiya Maula, Nasrulloh Nasrulloh)
DOI : 10.62504/jsi1122
- Volume: 1,
Issue: 4,
Sitasi : 0 31-Dec-2024
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.31-Jul-2025
Abstrak:
Dalam konteks kontemporer, perempuan muslim memegang peranan signifikan dalam mengaktualisasikan potensi dalam berbagai aspek seperti keluarga, pendidikan, sosial dan ekonomi. Dalam masyarakat yang terus berkembang, perempuan muslim sering kali dihadapkan pada tantangan untuk menyeimbangkan nilai-nilai tradisional dan tuntutan modernitas. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan refleksi konsep woman empowerment (pemberdayaan perempuan) khususnya perempuan muslim dalam konteks modern dengan berlandaskan pada Surat Al-Qashash ayat 23. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam ayat tersebut dapat diterapkan dalam konteks kehidupan modern perempuan muslim saat ini melalui studi literatur dan analisis teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai dalam Surat Al Qashash ayat 23 dapat digunakan sebagai landasan untuk memperkuat posisi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan terutama dalam mengembangkan strategi pemberdayaan perempuan Muslim yang lebih inklusif dan adaptif terhadap perubahan zaman. Dengan menjadikan ayat ini sebagai landasan penelitian ini memberikan kontribusi dalam hal wacana pemberdayaan perempuan muslim yang tidak hanya berorientasi pada kesetaraan gender tetapi juga berlandaskan nilai-nilai spiritual dan moral syari'at Islam. Refleksi woman empowerment dalam ayat ini menjadi panduan dan inspirasi bagi perempuan muslim untuk tetap berkembang tanpa meninggalkan prinsip-prinsip agama yang menjadi pedoman hidup khususnya di era kontemporer.
|
0 |
2024 |
"Marakka Bola": Tradisi Gotong Royong Memindahkan Rumah Adat Bugis dalam Perspektif Islam
(Arham Ahmad, Nasrulloh Nasrulloh)
DOI : 10.62504/jimr1131
- Volume: 2,
Issue: 12,
Sitasi : 0 31-Dec-2024
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.31-Jul-2025
Abstrak:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dan nilai dari tradisi marakka bola dalam suku Bugis dan bagaimana Islam memaknai tradisi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data melalui observasi dan sejumlah artikel ilmiah yang relevan. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi marakka bola merupakan praktik budaya khas suku Bugis yang melibatkan pemindahan rumah panggung secara gotong royong oleh masyarakat. Tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita ini memiliki konsep yang mendalam tentang nilai melindungi warisan budaya dan ikatan dengan tanah leluhur. Pada kenyataannya, merelokasi rumah membutuhkan peralatan dan perencanaan khusus, serta bantuan dari lingkungan sekitar. Dari sudut pandang filosofis, Marakka Bola mewujudkan prinsip-prinsip Islam termasuk kerendahan hati, ketekunan, kesabaran, dan kerja sama. Ketekunan dan kesabaran menunjukkan semangat Islam dalam mengatasi rintangan, sementara kerja sama yang terjadi selama proses pemindahan rumah mengajarkan nilai untuk saling membantu dengan cara yang baik. Kerendahan hati dalam tradisi ini menunjukkan bahwa setiap orang dalam masyarakat, tanpa memandang status sosial ekonomi, secara aktif berkontribusi dalam pencapaian tujuan bersama. Secara umum, tradisi Marakka Bola merupakan representasi dari prinsip-prinsip moral dan spiritual Islam yang mengutamakan persatuan, kerja keras, dan kerendahan hati, serta merupakan warisan budaya.
|
0 |
2024 |
Eksplorasi Konsep Moderasi dalam Al-Qur'an sebagai Alternatif Solusi Rasisme Antar Suku di Sosial Media
(Moch ubaidillah, Nasrulloh Nasrulloh)
DOI : 10.62504/jimr1115
- Volume: 2,
Issue: 12,
Sitasi : 0 30-Dec-2024
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.31-Jul-2025
Abstrak:
Fenomena rasisme berbasis suku di media sosial, seperti diskriminasi terhadap Suku Madura yang sering dikaitkan dengan stereotip negatif, menunjukkan urgensi solusi berbasis nilai untuk meredam konflik sosial. Artikel ini mengeksplorasi konsep moderasi (wasathiyah) dalam Al-Qur'an sebagai pendekatan alternatif untuk menangani permasalahan ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis literatur dengan pendekatan kualitatif, menelaah ayat-ayat Al-Qur'an yang relevan seperti Al-Baqarah: 143 dan Al-Hujurat: 13. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai moderasi, seperti toleransi, keadilan, dan inklusivitas, memberikan panduan praktis untuk menciptakan harmoni sosial di media sosial. Studi kasus diskriminasi terhadap Suku Madura memperkuat pentingnya pendekatan ini dalam menghilangkan stereotip negatif. Simpulan penelitian ini menegaskan bahwa nilai moderasi dapat diterapkan melalui kampanye edukasi, moderasi konten, dan dialog lintas komunitas. Penelitian ini memberikan kontribusi praktis dan konseptual untuk mengatasi rasisme di media sosial sekaligus mempromosikan interaksi yang inklusif.
|
0 |
2024 |
Makna Simbolik Dui’ Menre’ dalam Pernikahan Masyarakat Suku Bugis: Perspektif Hukum Islam
(Nurhikmah Nurhikmah, Nasrulloh Nasrulloh)
DOI : 10.62504/jimr1120
- Volume: 2,
Issue: 12,
Sitasi : 0 29-Dec-2024
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.31-Jul-2025
Abstrak:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna simbolik dui’ menre’ dalam adat pernikahan masyarakat Bugis dan bagaimana agama Islam memaknai adat tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dengan lima orang informan, dan sejumlah artikel ilmiah yang relevan. Temuan penelitian ini menunjukkan pentingnya simbolis dui’ menre’ dalam pernikahan Bugis sebagai tanda kesungguhan dan kerja keras seorang pria dalam melamar seorang wanita. Pekerjaan calon pengantin perempuan, status sosial, tingkat pendidikan, kondisi fisik, dan faktor-faktor lain memainkan peran penting dalam menentukan berapa banyak dui’ menre’ yang pantas diberikan. dui’ menre’ dan mahar merupakan hal yang berbeda. Meskipun keduanya diwajibkan, dui’ menre’ tidak sama dengan mas kawin karena menurut adat masyarakat Bugis, dui’ menre’ adalah sebuah kewajiban, sedangkan mas kawin adalah sebuah kewajiban menurut tradisi Islam. Dari sudut pandang Islam, seorang pria tidak diwajibkan untuk memberikan dui’ menre’, melainkan hanya diharapkan untuk memberikan mahar kepada wanita yang akan dinikahinya. Tradisi ini diperbolehkan selama tidak memberatkan dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, meskipun tidak diatur oleh hukum Islam. Agar pernikahan dapat berlangsung dengan baik dan damai, masyarakat harus menyeimbangkan antara tradisi dan ajaran agama.
|
0 |
2024 |
Relevansi Budaya Siri’ dalam Ajaran Al-Qur’an: Menjaga Harga Diri Pada Masyarakat Bugis
(Mirdawati Razida, Nasrulloh Nasrulloh)
DOI : 10.62504/jimr1105
- Volume: 2,
Issue: 12,
Sitasi : 0 25-Dec-2024
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.31-Jul-2025
Abstrak:
Budaya siri’ merupakan konsep fundamental dalam kehidupan masyarakat Bugis Makassar yang mencerminkan nilai-nilai menjaga harga diri, kehormatan, dan martabat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis relevansi budaya siri’ dalam perspektif ajaran Al-Qur’an, khususnya terkait nilai-nilai menjaga harga diri sebagai salah satu prinsip akhlak mulia. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis teks terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan harga diri dan kehormatan, serta kajian budaya lokal siri’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai siri’ selaras dengan ajaran Al-Qur’an yang menekankan pentingnya menjaga kehormatan diri dan komunitas, menghindari perbuatan tercela, serta menegakkan keadilan dan kebenaran. Selain itu, integrasi budaya siri’ dengan nilai-nilai Islam berpotensi memperkuat identitas masyarakat Bugis Makassar dalam konteks modern, sekaligus melestarikan budaya lokal yang berbasis nilai-nilai agama. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pengembangan studi budaya dan agama, serta menjadi inspirasi bagi masyarakat dalam menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan spiritual.
|
0 |
2024 |
Relevansi Budaya Siri’ dalam Ajaran Al-Qur’an: Menjaga Harga Diri Pada Masyarakat Bugis
(Mirdawati Razida, Nasrulloh Nasrulloh)
DOI : 10.62504/nexus1105
- Volume: 2,
Issue: 12,
Sitasi : 0 25-Dec-2024
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.31-Jul-2025
Abstrak:
Budaya siri’ merupakan konsep fundamental dalam kehidupan masyarakat Bugis Makassar yang mencerminkan nilai-nilai menjaga harga diri, kehormatan, dan martabat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis relevansi budaya siri’ dalam perspektif ajaran Al-Qur’an, khususnya terkait nilai-nilai menjaga harga diri sebagai salah satu prinsip akhlak mulia. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis teks terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan harga diri dan kehormatan, serta kajian budaya lokal siri’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai siri’ selaras dengan ajaran Al-Qur’an yang menekankan pentingnya menjaga kehormatan diri dan komunitas, menghindari perbuatan tercela, serta menegakkan keadilan dan kebenaran. Selain itu, integrasi budaya siri’ dengan nilai-nilai Islam berpotensi memperkuat identitas masyarakat Bugis Makassar dalam konteks modern, sekaligus melestarikan budaya lokal yang berbasis nilai-nilai agama. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pengembangan studi budaya dan agama, serta menjadi inspirasi bagi masyarakat dalam menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan spiritual.
|
0 |
2024 |
Konsep Empati Sebagai Prinsip Pelayanan dengan Pendekatan Hermeneutika terhadap Ayat Al-Qur’an Dan Hadits
(Yusril Ihza Elyas, Nasrulloh Nasrulloh)
DOI : 10.62504/jimr1101
- Volume: 2,
Issue: 12,
Sitasi : 0 25-Dec-2024
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.31-Jul-2025
Abstrak:
Dalam memberikan pelayanan, baik publik maupun sosial, terdapat aturan formal yang biasa dikenal dengan istilah standard operational procedure (SOP). SOP memberi tuntutan kepada petugas agar bekerja melayani secara profesional. Secara praktis, kinerja profesional seringkali dipisahkan dari kinerja pelayanan. Kinerja pelayanan memiliki objek pelayanan berupa manusia yang membutuhkan uluran bantuan, sehingga aspek rasa perlu dilibatkan agar pelayanan dapat diberikan secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan konsep empati sebagai landasan yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan berdasarkan perspektif Al-Qur’an dan Hadits. Temuan data dianalisis menggunakan teori hermeneutika melalui diskursus terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dan didukung dengan teks-teks Hadits. Hasil dari penelitian ini adalah adanya ayat Al-Qur’an dan teks Hadits yang membahas soal nilai dan praktik empati dalam bentuk (1) anjuran dan perintah dalam membantu sesama dengan bantuan yang baik, tindakan yang baik, dan tutur kata yang baik, (2) larangan untuk menghina, menyakiti, dan merendahkan orang lain, dan (3) Rasulullah sebagai representasi sikap empati dalam membantu sesama. Penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam pengaplikasian nilai empati dalam kinerja profesional untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan tepat rasa kepada subjek pelayanan atau masyarakat.
|
0 |
2024 |
MENGKAJI ULANG PEMAHAMAN HADIS TENTANG STATUS KESELAMATAN ORANG TUA NABI MUHAMMAD SAW DALAM PERSPEKTIF TEOLOGI ISLAM
(Muhammad Ali Al Awshat, Nasrulloh Nasrulloh)
DOI : 10.62504/nexus1085
- Volume: 1,
Issue: 12,
Sitasi : 0 21-Dec-2024
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.31-Jul-2025
Abstrak:
Penelitian ini mengkaji hadis tentang status orang tua Nabi Muhammad SAW menggunakan pendekatan teori semantik dalam metodologi ilmu hadis. Fokus studi adalah menganalisis makna linguistik dan kontekstual frasa "inna abi wa abaka fi an-nar" dengan memanfaatkan kerangka teori semantik yang diperkenalkan oleh Charles Morris dan Rudolf Carnap. Melalui analisis mendalam terhadap hubungan antara tanda, objek, dan makna, penelitian ini bertujuan mengungkap kompleksitas pemaknaan hadis di luar pemahaman literal. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis semantik untuk membongkar lapis makna tersembunyi dalam teks hadis. Hasil kajian menunjukkan bahwa kata "ayah" dalam hadis tidak selalu bermakna biologis, melainkan memiliki dimensi simbolik dan teologis yang lebih kompleks dalam konteks wahyu dan pemahaman keislaman.
|
0 |
2024 |
LIVING QURAN: TRADISI TASHIH AL-QUR’AN DI MA’HAD AL-JAMI’AH UIN MALANG SEBAGAI STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN STUDI
(Reza Stefiona Laxsniky, Nasrulloh Nasrulloh)
DOI : 10.62504/nexus1084
- Volume: 1,
Issue: 12,
Sitasi : 0 19-Dec-2024
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.31-Jul-2025
Abstrak:
Tradisi tashih Al-Qur’an di Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang merupakan implementasi konsep Living Quran, di mana Al-Qur’an tidak hanya dibaca tetapi dihidupkan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Program tashih ini diintegrasikan sebagai standar kompetensi kelulusan yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa baru. Dengan fokus pada peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an sesuai kaidah tajwid dan makharijul huruf, tradisi ini bertujuan memastikan lulusan UIN Malang tidak hanya unggul secara akademik tetapi juga memiliki kompetensi spiritual yang mendalam. Pendekatan ini menjadi bagian dari upaya pembentukan karakter Islami yang menyeluruh, meliputi penguasaan teknis membaca Al-Qur’an serta internalisasi nilai-nilai keislaman. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tashih berperan signifikan dalam meningkatkan kompetensi membaca Al-Qur’an mahasiswa sekaligus membentuk kedisiplinan, tanggung jawab, dan spiritualitas mereka. Dengan kombinasi standar yang ketat, inovasi dalam pembelajaran, dan pengelolaan yang sistematis, tradisi ini menunjukkan efektivitasnya dalam mencetak generasi Muslim yang tidak hanya kompeten secara intelektual tetapi juga berakhlak mulia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi pengembangan model pembelajaran Al-Qur’an di institusi pendidikan Islam lainnya.
|
0 |
2024 |