This study explores the effectiveness of STEM education in developing spatial thinking skills in elementary school students. The study employs a quasi-experimental design involving two groups: an experimental group that received STEM intervention and a control group following the standard curriculum. The results indicate that the experimental group experienced significant improvements in visualization, spatial relationship understanding, and spatial object manipulation compared to the control group. These improvements are primarily to technology, such as 3D simulations and design software, which help students comprehend complex spatial concepts. Further statistical analysis supports these findings, showing significant differences between the experimental and control groups. These findings underscore the importance of integrating STEM education into the curriculum to enhance students' spatial skills, which are critical in various science and technology disciplines. However, challenges in implementation, such as a need for more resources and teacher training, must be addressed to ensure the program's effectiveness across different educational contexts.

The purpose of this study is to examine the effectiveness of group guidance using sociodrama techniques to improving social interaction skills of children aged 12-14 years at PPA Andreas IO-0803 Salatiga. This research is an experimental research. The type of the research is a pseudo-experiment with the Nonequivalent Control Group Design method. The subjects of this study are 10 children who have social interaction skills in the low category. The data collection technique using social interaction. The data analysis technique used in this study is Mann Whitney test. The results scale social interaction experienced a significant increase as aren’t of the treatment using sociodrama techniques in group guidance. The results of data analysis obtained the number of Asymp. Sig (2-tailed) 0.009 is greater than 0.05, hence Ha is accepted. In conclusion, social interaction can be improved through group guidance with sociodrama techniques in PPA children aged 12-14 years at PPA Andreas Salatiga.

Scientific literacy skills are very important to face the challenges of the 21st century, but in Indonesia these skills are still relatively low. Therefore, teaching materials are needed that can develop students' scientific literacy. This research is development research which aims to describe the validity and readability of e-modules based on local potential. This e-module was developed by utilizing the potential of Kemiri Village to develop the scientific literacy of students at SMP Negeri 1 Panti. The e-module development in this research applies the ADDIE model which includes analysis, design and development stages. Research data was collected through interviews, validation sheets, and readability sheets. The validity test results show that the local potential-based e-module is included in the very valid criteria with a validity percentage value reaching 91.42%. The readability test results show that the local potential-based e-module is included in the very good criteria with a readability percentage value reaching 90.94%. From the results of the research conducted, it can be concluded that e-modules based on local potential are easy to understand and suitable for use in science learning.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perilaku siswa kelas IV yang masih melakukan prokrastinasi akademik pada pembelajaran matematika. Perilaku tersebut jika dibiarkan dapat memberikan dampak buruk bagi siswa yang melakukannya. Oleh karena itu, prokrastinasi akademik perlu diminimalisir dengan penerapan regulasi diri dalam belajar. Akan tetapi, penerapan tersebut memerlukan bantuan guru di sekolah. Sehingga diperlukan upaya guru untuk meningkatkan regulasi diri siswa pada pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menguraikan bentuk prokrastinasi akademik, regulasi diri yang dilakukan, serta upaya guru yang diterapkan kepada siswa dalam meningkatkan regulasi diri agar prokrastinasi akademik pada pembelajaran matematika dapat berkurang. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Partisipan penelitian terdiri dari empat orang siswa, yang dikelompokkan menjadi siswa prokrastinator dan non prokrastinator, serta seorang guru wali kelas IV. Teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles dan Huberman dengan empat tahapan, yaitu mengumpulkan, mereduksi, menyajikan, serta menarik kesimpulan dan verifikasi data. Hasil dari penelitian ini di antaranya: 1) bentuk prokrastinasi siswa prokrastinator termasuk ke dalam decisional procrastination, dengan ciri siswa lupa dengan tugas, tidak memahami pelajaran, dan tidak memiliki inisiatif bertanya; 2) regulasi diri yang dilakukan siswa prokrastinator masih belum maksimal dibandingkan dengan siswa non prokrastinator; dan 3) upaya yang dilakukan guru pada siswa prokrastinator maupun non prokrastinator sama, yaitu upaya pencegahan dengan melakukan asesmen diagnostik terlebih dahulu, kemudian diberikan motivasi, lalu upaya pengembangan dengan pemberian reward pada saat pengerjaan tugas berlangsung, serta upaya penyembuhan masalah selalu konsisten untuk memberikan motivasi kapanpun saat dibutuhkan.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogis dan profesional guru melalui peningkatan berkelanjutan di SDN Banjaran 2 Kota Kediri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, dan studi dokumenter. Penelitian ini telah menghasilkan informasi yang sejalan dengan fokus penelitian. Kepala sekolah mengidentifikasi kebutuhan guru melalui supervisi tindakan kelas dan melakukan evaluasi dengan Diskusi Kelompok Fokus (FGD) melibatkan semua guru. Peningkatan kompetensi
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
pedagogis dan profesional dilakukan melalui lokakarya, seminar, pelatihan layanan pendidikan, pembinaan dan mentoring oleh guru senior, kolaborasi antar guru, penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), motivasi yang diberikan kepada guru melalui implementasi kegiatan komunitas belajar (Kombel) di dalam lembaga pendidikan, Kelompok Kerja Guru (KKG), Platform Merdeka Mengajar (PMM), In House Training (IHT), pertemuan, motivasi, reward and punishment, gaya kepemimpinan partisipatif, memberikan bimbingan bagi guru untuk menghadiri webinar dan berbagai program pelatihan. Indikator keberhasilan dari strategi yang diterapkan oleh kepala sekolah dapat diamati melalui hasil tes formatif dan sumatif, serta hasil pencapaian non-akademik. Peningkatan berkelanjutan dalam meningkatkan kompetensi pedagogis dan profesional guru difasilitasi melalui kemauan guru untuk terus meningkatkan kompetensi pedagogis dan profesional mereka melalui berbagai metode, seperti berkolaborasi dengan guru lain, terlibat dalam kegiatan belajar mandiri menggunakan PMM, dan melakukan diskusi dan refleksi.

Sumber belajar sangat berguna dalam membantu peserta didik memahami materi pada pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan sumber belajar video pembelajaran dengan bantuan website VistaCreate. Adapun metode penelitian yang digunakan ialah R&D dengan model Allesi & Trollip. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI IPS 4 SMA Srijaya Negara Palembang berjumlah 28 orang. Untuk pelaksanaan uji alpha memperoleh nilai 4,92 ahli materi, 4,5 ahli bahasa, dan 4,85 ahli media, berkategori sangat valid. Kemudian pada uji beta memperoleh nilai 4,75 dari uji coba perorangan dan 4,61 dari uji kelompok kecil, berkategori sangat efektif. Pelaksanaan penelitian di lapangan menunjukkan hasil bahwa peningkatan kemampuan peserta didik mencapai 61,43% dan memperoleh N-gain 0,82 yang berkategori tinggi. Dalam hal ini, bahwa sumber belajar video pembelajaran valid dan efektif digunakan oleh peserta didik.

Adanya tantangan individualitas, karakteristik siswa berdasarkan gaya belajar yang beragam, dan perbedaan tingkat pemahaman siswa dalam matematika, diperlukan media yang lebih inovatif. Media pembelajaran berupa aplikasi mobile memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, khususnya berdasarkan gaya belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengembangan, kevalidan, dan kepraktisan dari aplikasi mobile Math DiffeLearn. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian dan pengembangan dengan model pengembangan ADDIE. Hasil dari penelitian antara lain: (a) proses pengembangan menghasilkan produk aplikasi mobile Math DiffeLearn yang dapat digunakan pada pembelajaran matematika SMP kelas VII, (b) kevalidan produk tervalidasi dengan persentase 76,25% oleh ahli materi 1, persentase 75% oleh ahli materi 2, dan persentase 73,75% oleh ahli media, (c) kepraktisan produk dinyatakan “sangat praktis” atau “sangat layak” kepraktisannya dengan persentase 95% oleh praktisi guru mata pelajaran matematika dan persentase 88,71% oleh siswa. Kesimpulannya, aplikasi mobile Math DiffeLearn telah teruji valid dan dapat digunakan secara praktis sebagai media pembelajaran pada materi aritmatika sosial SMP kelas VII terutama berdasarkan gaya belajar siswa.
Kata Kunci: Aplikasi, Aritmatika Sosial, Gaya Belajar, Kodular, Model ADDIE

The principal's leadership is an important component in the school, because it sets various policies and rules that will guide the school. One of the determinants of the progress of an educational institution is the leadership of the school principal. Effective school principal leadership must be able to carry out the vision and policies of the government and those that have been determined together. However, in reality in the field, subordinates (teachers and administrative staff) do not easily accept and implement the government's vision and policies or school policies that have been mutually agreed upon. The proof is that there are still many schools that have not been able to implement the vision in the form of action, sometimes the decisions taken do not involve subordinates, communication between leaders and subordinates is not good so that recognizing each member/subordinate will be difficult, so that leadership will not bring influence or change to the community. the institution. Basically, all input, policies and new breakthroughs are more easily accepted if they are conveyed using an approach based on the local customs/wisdom of the East Sumba community. This is caused by the culture or local wisdom of the East Sumba people which is still very influential in all aspects of life. A leader must be able to carry out policies that continue to be determined by the government by paying attention to the local wisdom of the community which has been embedded and become a guideline for social life before there is a government policy. So that culture and local wisdom can be implemented simultaneously, when policies are unable to solve a problem, that's where the leader will take an approach based on the local wisdom of the community. Vice versa, when local wisdom cannot solve a problem, then government policy will be used to solve the problem. This research topic is divided into two, namely, leadership and local wisdom. The aim of this research is to analyze the relationship between leadership and local wisdom of East Sumba, describe the characteristics of leadership based on local wisdom of East Sumba, and analyze the effectiveness of the leadership of school principals based on local wisdom of East Sumba at SMA Negeri 1 Pandawai

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan modul pembelajaran diferensiasi di SMP Negeri I Kemang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah, melibatkan 28 guru mata pelajaran, dengan data yang dikumpulkan melalui observasi, kuesioner, dan wawancara. Temuan menunjukkan bahwa beberapa guru belum menyiapkan modul pembelajaran atau mengikuti alur modul yang telah dibuat. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan pembinaan, konseling, dan pendampingan. Hasilnya menunjukkan peningkatan kinerja guru secara keseluruhan, dengan peningkatan kompetensi yang signifikan dari siklus I ke siklus II. Meskipun ada kemajuan ini, beberapa guru masih memerlukan perhatian lebih lanjut. Penelitian ini menyoroti kebutuhan akan dukungan dan pengawasan berkelanjutan terhadap modul pengajaran diferensiasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi guru dalam pengembangan modul berdampak positif terhadap kualitas pembelajaran dan pencapaian siswa. Upaya dan dukungan terus-menerus sangat penting untuk perbaikan yang berkelanjutan. Temuan ini dapat menjadi panduan bagi sekolah dan pemangku kepentingan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Keywords: Kompetensi guru, Modul Ajar, Pembelajaran berdiferensiasi

Rumor ketidakpastian kinerja guru terjadi akibat seringnya pergantian kurikulum. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti kesiapan guru sekolah dasar (SD) dalam menghadapi perubahan kurikulum. Metode yang digunakan untuk menemukan fakta adalah dengan deskriptif kuantitatif dengan analisis deduktif. Hasil penelitian menunjukkan tiga komponen bukti kesiapan guru SD terhadap perubahan kurikulum, meliputi: a) terbukti bahwa hampir setiap lima tahun sekali terjadi perubahan kurikulum yang tidak ideal bagi masa kerja guru; b) ditemukan ambiguitas sebesar 53,5% dan 46,5% pada data kesiapan psikis guru SD terhadap perubahan kurikulum; c) terbukti bahwa efektifitas tiga ranah pembelajaran melampaui angka 70% ketika terjadi perubahan kurikulum. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi proses perubahan kurikulum yang lebih bermakna. Melalui penelitian ini diharapkan rumor ketidakpastian kinerja guru dapat dibuktikan secara ilmiah untuk dilanjutkan dalam penemuan solusi perbaikan melalui rekomendasi yang sudah dibuat.