The quarterly report in 2022 shows that the incidence rate is not expected to reach 99 cases. One effort that can be made to prevent patient safety incidents is to implement a patient safety culture. Nurses as health workers who interact most with patients are the main component who are required to carry out their work in accordance with standard operational procedures to avoid patient safety incidents. Perception is very important in the success of communication, when all nurses have the same perception about the importance of implementing patient safety culture then patient safety incidents can also be prevented. The aim of this research was to measure nurses' perceptions of patient safety culture. The research instrument used a questionnaire based on the HSOPSC which was distributed to 55 nurses as research respondents. This type of research uses descriptive analysis to describe 12 dimensions of patient safety culture. The results show that the cooperation dimension within the unit has the highest positive perception, namely 87% in the good category, while the staffing dimension has the lowest positive perception, namely 61% in the medium category. RS X Kota Malang in its commitment to preventing patient safety incidents can focus on staffing dimensions.

The registration service is the first service and directly interacts with the patient and the place where they will register at the polyclinic they are going to. Observational data has revealed that a number of issues, including SIMRS and the network, continue to impede patient registration services. Evaluating patient registration service activities is one approach taken to address this issue. The aim of this research is to evaluate activities in patient registration services. The instrument used was an interview sheet. This type of research uses qualitative descriptive analysis to describe the results of evaluation of patient registration services. The study's findings indicate that although RS X Malang's registration service is functioning effectively, a number of issues continue to arise. Patient registration is frequently hampered by sluggish and unreliable internet connections. Delays in the registration procedure are possible, and SIMRS disruptions happen frequently. In addition, the tracer is still manual, which increases the possibility that the registration officer will overlook recording the patient's medical record information. Another issue is that there is currently no bridging between SIMRS and BPJS, which makes BPJS patient registration more time-consuming due to its multiple steps.

Laporan triwulan di RS X Kota Malang tahun 2022 menunjukkan bahwa angka kejadian tidak diharapkan mencapai 99 kasus. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien adalah dengan penerapan budaya keselamatan pasien. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling banyak berinteraksi dengan pasien merupakan komponen utama yang dituntut untuk menjalankan pekerjaannya sesuai dengan standar operasional prosedur untuk menghindari terjadinya insiden keselamatan pasien. Persepsi merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan suatu komunikasi, ketika semua perawat memiliki persepsi yang sama tentang pentingnya penerapan budaya keselamatan pasien maka insiden keselamatan pasien juga dapat dicegah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur persepsi perawat tentang budaya keselamatan pasien di RS X Kota Malang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner berdasarkan Hospital Survey On Patient Safety Culture (HSOPSC) yang disebarkan kepada 55 perawat sebagai responden penelitian. Jenis penelitian menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan 12 dimensi budaya keselamatan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi kerjasama dalam unit memiliki persepsi positif tertinggi yaitu 87% dengan kategori baik, sedangkan dimensi staffing memiliki persepsi positif terendah yaitu 61% dengan kategori sedang. RS X Kota Malang dalam komitmennya mencegah insiden keselamatan pasien dapat berfokus pada dimensi staffing.

Pelayanan pendaftaran merupakan pelayanan pertama dan secara langsung berinteraksi dengan pasien dan tempat dimana akan mendaftar ke poliklinik yang akan dituju. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa kegiatan pada pelayanan pendaftaran pasien masih terkendala beberapa hal, antara lain jaringan dan pada SIMRS. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut yaitu melakukan evaluasi kegiatan pada pelayanan pendaftaran pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi kegiatan pada pelayanan pendafataran pasien. Instrumen yang digunakan adalah lembar wawancara. Jenis penelitian  menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk menggambarkan hasil evaluasi pada pelayanan pendafataran pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan pendaftaran di RSI Unisma Malang berjalan dengan baik, namun masih ada beberapa permasalahan yang terjadi. Koneksi internet yang lambat dan tidak stabil sering kali menjadi kendala dalam melakukan pendaftaran pasien. Gangguan pada SIMRS juga kerap terjadi dan beresiko terjadinya perlambatan dalam proses pendaftaran. Selain itu tracer masih manual, sehingga menyebabkan resiko petugas pendaftaran lupa untuk menuliskan data rekam medis pasien. Masalah lainnya yang terjadi adalah SIMRS yang belum bridging dengan BPJS menyebabkan pendaftaran pasien BPJS lebih lama karena melalui banyak tahap.