Pengelolaan kinerja forklift di Gudang Terminal Peti Kemas Semarang memiliki peran penting dalam keefektifan stripping barang impor Less Container Load (LCL). Tujuan penelitian (1) mengetahui hasil perhitungan nilai rata-rata availability ratio pada kinerja forklift dalam kegiatan stripping di Gudang Terminal Peti Kemas Semarang, (2) mengetahui hasil perhitungan nilai rata-rata performance ratio pada kinerja forklift dalam kegiatan stripping di Gudang Terminal Peti Kemas Semarang, (3) mengetahui hasil perhitungan nilai rata-rata quality ratio pada kinerja forklift dalam kegiatan stripping di Gudang Terminal Peti Kemas Semarang, (4) mengetahui hasil perhitungan nilai rata-rata Overall Equipment Effectiveness (OEE) di Gudang Terminal Peti Kemas Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) melalui tahapan-tahapan perhitungan (1) perhitungan data penurunan waktu forklift tahun 2023 (2) perhitungan nilai availability ratio (3) perhitungan nilai performance ratio, (4) perhitungan nilai quality ratio, (5) perhitungan nilai indeks Overall Equipment Effectiveness (OEE). Nilai rata-rata availability ratio adalah -0,1616666 %, dimana standar JIPM > 90 %, sehingga hasil menunjukkan ketersediaan forklift tahun 2023 rendah. Penyebabnya bulan Juni forklift mengalami kerusakan mpu board sehingga menjalani perbaikan selama 720 jam untuk waiting part modul fet fm dan board comp dan bulan Juli forklift mengalami kerusakan mesin forklift sehingga menjalani perbaikan selama 744 jam. Nilai rata-rata performance ratio adalah 106,7925 %, dimana standar JIPM > 95 %, sehingga hasil menunjukkan forklift memiliki kemampuan yang baik dalam pengangkutan produk. Nilai rata-rata quality ratio adalah 100 %, dimana standar JIPM > 99 %, menunjukkan kualitas pengangkutan barang baik. Nilai indeks Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah 9,99483 %, dimana standar JIPM > 85 %, menunjukkan produksi memiliki nilai yang rendah.

Aturan P2TL merupakan singkatan dari Peraturan Pencegahan Tabrakan di Laut, aturan yang memudahkan kapal-kapal berlayar dengan aman dan terhindar dari bahaya tubrukan antar 2 kapal atau lebih. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan penerapan aturan P2TL pada saat kapal sedang berlayar untuk mengurangi bahaya resiko tabrakan antar kapal dan terciptanya keselamatan dalam pelayaran di kapal MV. Meratus Palembang. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode penelitian statistik deskriptif kuantitatif. Dengan teknik pengumpulan data berdasarkan hasil kuesioner, observasi, studi kepustakaan yang berkaitan dengan aturan P2TL saat dinas jaga laut. Kemudian data tersebut dianalisis menggunakan perhitungan SPSS dan di deskripsikan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan penerapan aturan P2TL saat dinas jaga laut di MV. Meratus Palembang telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini untuk memastikan keselamatan di laut dengan mencegah kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian jiwa, kerusakan pada kapal, dan potensi pencemaran lingkungan di laut.

Penelitian ini bermula dari ketidakterhubungnya komunikasi antara operator forklift dengan material hangar. Perawatan pesawat berlangsung secara estafet, ketika teknisi hangar selesai melepas sebuah komponen dari pesawat proses selanjutnya mengantarkan komponen tersebut menuju unit spesialisasi oleh operator forklift. Namun sering dijumpai forklift sedang tidak berada di hangar dan tentu saja tidak diketahui posisinya. Hal ini membuat sekuensial proses produksi menjadi terhambat yang mana akan mempengaruhi proses lebih lanjut. Maka dari itu alat dan software ini dibuat sebagai media komunikasi, orang material hangar bisa memanggil forklift kembali ke hangar, bisa koordinasi pemberian pekerjaan, bisa pelacakan lokasi terkini yang semuanya dilakukan dalam sebuah software. Dengan adanya alat dan software ini akan membantu memperlancar produksi hangar. Komponen yang digunakan yaitu Arduino Mega 2560 WiFi Built-in, modul GPS Neo 7M dan server.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan penetrasi dua jenis proyektil, yaitu WC-6Co dan baja standar Pindad, terhadap pelat baja Armox 500T, yang dikenal memiliki ketahanan tinggi dan digunakan dalam aplikasi pertahanan. Simulasi dilakukan menggunakan perangkat lunak ANSYS Student dengan pendekatan eksplisit dinamik untuk mengevaluasi total kecepatan dan deformasi selama tumbukan proyektil pada pelat. Proyektil WC-6Co menunjukkan kemampuan penetrasi yang signifikan, menembus pelat Armox 500T dengan kecepatan maksimum mencapai 1063,4 m/s, serta menghasilkan deformasi maksimum 3,1779 meter. Sebaliknya, proyektil baja standar Pindad hanya menghasilkan deformasi lokal tanpa penetrasi, dengan kecepatan maksimum 1347,7 m/s dan deformasi maksimum 4,0253 meter. Hasil ini menunjukkan bahwa proyektil berbasis WC-6Co lebih efektif dalam menembus pelat baja Armox 500T dibandingkan dengan proyektil baja Pindad, memberikan wawasan penting bagi pengembangan sistem pertahanan dan pilihan material pelindung.
 

This paper aims to provide in-depth insight into the complexity of handling ship arrivals and departures through the Inaportnet System by explaining how the system works, interactions between parties, and how the Inaportnet system helps improve the efficiency and smoothness of the shipping process at the terminal. This research was conducted at PT. Snepac shipping, daring the author’s pratek darat (PRADA) which began on January 17, 2024 to June 17, 2024. The datea source was obtained through primary data obtained directly from the Inaportnet system of PT. Snepac Shipping, with interviews conducted with managers and operational staff of PT. Snepac Shipping. As well as secondary sources, namely literature related to the title of this paper. The result of study lead to an in-depth understanding of the submission of ship arrival and departure permits at the Sarana Citra Nusa Kabil Special Terminal on the Inaportnet system. The involves the main focus is on how this system support document management, ship coordination, and port readiness, as well as a means of conneting ships and jetties for the implementation of activities at the port. In this context faciliating document management and port readiness which are integrated to support the smooth shipping process at the terminal. 

ABSTRAK
Indonesia sebagai negara kepulauan sangat bergantung pada transportasi kapal laut untuk menghubungkan antar pulau. Pada proses perencanaan konstruksi kapal, pemilihan material lambung yang terbaik sangat penting untuk menghadapi masalah korosi. Paduan aluminium dikenal memiliki ketahanan korosi yang baik, sehingga sering dipilih untuk aplikasi di lingkungan korosif, seperti laut. Paduan seri 5xxx, khususnya Aluminium 5083 dan 5052, umum digunakan dalam industri pembuatan kapal karena karakteristik mekanis dan ketahanan korosinya. Lingkungan laut yang agresif dapat mempercepat laju korosi, mengancam integritas struktural lambung kapal. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pemahaman komparatif tentang perilaku kedua paduan ini dalam kondisi korosif seperti air laut. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan laju korosi aluminium 5083 dan 5052 dalam media air laut, dengan fokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi korosi serta implikasinya terhadap pemilihan material lambung kapal dengan metode kehilangan berat (Weight Loss) sesuai dengan ketentuan dari ASTM G31-72. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan pengujian perendaman kedua jenis aluminium dalam air laut selama beberapa periode waktu (168 hingga 720 jam). Penelitian ini membandingkan laju korosi aluminium 5083 dan 5052 dalam media air laut selama periode waktu tertentu. Hasilnya menunjukkan bahwa aluminium 5083 memiliki laju korosi yang lebih rendah dibandingkan aluminium 5052 pada semua durasi perendaman. Analisis struktur mikro juga menunjukkan distribusi partikel magnesium yang lebih merata pada aluminium 5083, yang memberikan ketahanan korosi yang lebih baik. Penelitian ini menunjukkan aluminium 5083 memiliki ketahanan korosi yang lebih baik dibandingkan aluminium 5052 dalam media air laut, dengan laju korosi yang lebih rendah dan distribusi partikel magnesium yang lebih merata.

Customary law reform in Indonesia in the context of globalization raises significant challenges and opportunities. The values of Pancasila, as the ideological foundation of the nation, play an important role in ensuring that customary law reform remains relevant, fair and rooted in local culture. Globalization encourages the modernization and homogenization of the legal system, which often contradicts the principles of customary law based on local wisdom. This article examines how Pancasila values, such as humanity, social justice, unity, and deliberation, can be integrated in the process of customary law reform to remain relevant amid global dynamics. This research uses a qualitative approach with the methods of literature study, interviews, and document analysis. Literature study was conducted to understand the theoretical context of customary law reform and Pancasila values, while interviews were conducted with legal experts, academics, and traditional leaders to obtain empirical perspectives on challenges and opportunities in customary law reform. Document analysis was conducted on policies and regulations relating to customary law and the implementation of Pancasila values in Indonesia. The results show that customary law reform based on Pancasila has great potential to deliver a legal system that is more inclusive and responsive to the needs of local communities. Key challenges identified include difficulties in harmonizing customary law with national and international law and homogenizing pressures from global standards. However, opportunities are also found in the ability of updated customary law to provide more culturally and locally relevant dispute resolution alternatives. The integration of Pancasila values is believed to strengthen the position of customary law within national and global legal frameworks.ract

Telecommunication service providers consist of many entities. This results in a lot of business competition within it. It is very important to maintain the competitiveness of telecommunications companies to be able to continue to survive in this business environment. Therefore, companies need to conduct research that can identify hidden weaknesses of the company. This study aims to measure the performance of telecommunications contractor companies (Telco) by applying the benchmarking method, focusing on PT. LUM as a case study. Company performance will be evaluated in several key aspects, including operational efficiency, service quality, and customer satisfaction. Qualitative and quantitative approaches are used to collect and analyze data, including document analysis, interviews with senior management and customers, and literature studies on company performance and benchmarking. The results of the study are expected to provide a better understanding of PT. LUM's performance and allow for performance comparisons with other Telco contractor companies. Recommendations generated from this study are expected to help PT. LUM improve company performance and compete more effectively in the market

This research is based on students' interest in investing. The aim of this research is that researchers want to find out whether investment knowledge, expected returns and technological advances have an influence on investment interest. The population of this study were students from the economics and business faculty at Budi Luhur University with a sample of 100 respondents using data collection techniques through questionnaires. The data analysis method in this research is multiple linear regression analysis. The results of this research show that expected return have an effect on investment interest, while investment knowledge and technological advances have no effect on investment interest.

This study aims to identify and analyze the leading sectors in the economy of Minahasa Regency for the 2019-2023 period using the Location Quotient (LQ) method. The data used is secondary data in the form of Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Minahasa Regency and North Sulawesi Province obtained from the Central Bureau of Statistics. The results of the analysis show that there are several basic sectors with an LQ value> 1, namely agriculture, forestry and fisheries (LQ = 1.28), mining and quarrying (LQ = 1.28), processing industry (LQ = 1.15), electricity and gas supply (LQ = 1.18), water supply and waste management (LQ = 1.07), construction (LQ = 1.14), real estate (LQ = 1.27), and government administration (LQ = 1.21), education services (average LQ = 1. 06), and other services (average LQ = 1.06). An important finding in this study is the significant transformation in the manufacturing sector which experienced a drastic increase from LQ=0.78 in 2022 to LQ=2.56 in 2023. Meanwhile, the tourism, transportation, and information communication sectors are still classified as non-base sectors with LQ values <1. This study recommends strengthening the basic sectors through industrialization, agricultural modernization, and infrastructure development policies, as well as special programs to develop non-base sectors to create more equitable and sustainable economic growth in Minahasa Regency.