PERAN KUNCI SOCIAL ENTREPRENEURSHIP DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI COMMUNITY-BASED TOURISM
(Stefanus Rahoyo, Masine Slahanti, Bambang Heriawan)
DOI : 10.24246/kritis.v33i2p104-125
- Volume: 33,
Issue: 2,
Sitasi : 25 31-Dec-2024
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.17-Jul-2025
Abstrak:
Desa Ponggok menjadi fenomenal karena desa yang berpuluh-puluh tahun masuk dalam kategori desa miskin berhasil mentas dari kemiskinan dengan merevitalisasi mata air yang dimilikinya, yaitu Umbul Ponggok. Umbul Ponggok yang hampir seratus tahun hanya dimanfaatkan untuk cuci, mandi, pengairan, dan perikanan disulap menjadi destinasi wisata air dengan konsep community-based tourism. Penelitian ini bertujuan menganalisis keberhasilan revitalisasi Umbul Ponggok sehingga memberikan dampak ekonomi dan sosial yang luar biasa. Dengan pendekatan kualitatif penelitian ini menemukan bahwa salah satu variabel kunci keberhasilan tersebut adalah jiwa social entrepreneurship yang dimiliki oleh Kepala Desa Ponggok yang baru menjabat tahun 2009.
|
25 |
2024 |
PERAN DIGITALISASI DESA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI DESA KRANDEGAN, JAWA TENGAH
(Stefanus Rahoyo, Masine Slahanti, Bambang Heriawan)
DOI : 10.24246/kritis.v32i1p1-23
- Volume: 32,
Issue: 1,
Sitasi : 0 26-Jun-2023
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.07-Jul-2025
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan menganalisis proses terjadinya digitalisasi desa serta pengaruhnya pada pertumbuhan ekonomi di Desa Krandegan, Jawa Tengah. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini menemukan bahwa digitalisasi desa tersebut terjadi karena dimotori oleh seorang kepala desa yang berjiwa entrepreneur, didukung oleh generasi milenial yang melek dan tanggap teknologi digital, dan dipercepat oleh momentum Covid-19. Lebih jauh, dari sisi ekonomi, dampak langsung dari digitalisasi desa ini adalah membuka peluang pasar, menaikkan pendapatan desa lewat BUMDES, dan membuka kesempatan kerja. Sedangkan dampak tidak langsung dari digitalisasi desa ini adalah mengalirnya berbagai bantuan dan terbukanya jejaring. Semua dampak tersebut pada gilirannya meningkatkan kegiatan dan pertumbuhan ekonomi desa.
|
0 |
2023 |
MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN EKONOMI MELALUI PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN KETRAMPILAN PEMBUATAN SABUN CUCI PIRING DAN MENGHITUNG HPP
(W Nurhidayati, Rahoyo, DC Kuswardhani, Nunik Kusnilawati)
DOI : 10.55606/jpkmi.v2i2.268
- Volume: 2,
Issue: 2,
Sitasi : 0 15-Aug-2022
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.19-Aug-2025
Abstrak:
The purpose of this community service activity is to empower women in the Purwoyoso village. This empowerment is able to improve the economic condition of the family. through innovative activities, enabling them to learn various skills to help increase income for women in Purwoyoso sub-district, The method used in this community service activity is to provide direct training with tutorials in the field by teaching making dish soap and calculating HPP (Cost of Production). The results of the service are expected that mothers have skills in making dish soap and calculating HPP so that they can determine the price of goods when sold. With skills in making dish soap, mothers can produce which can later be used alone or sold so that additional income can be obtained.
|
0 |
2022 |
PRACTICE OF DOKOK TRADITION IN THE PERSPECTIVE OF SHARING ECONOMY
(Stefanus Rahoyo)
DOI : 10.26623/jdsb.v23i2.3555
- Volume: 23,
Issue: 2,
Sitasi : 0 29-Dec-2021
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
The term of sharing economy became very popular, especially after the 2007-2008 economic and financial crisis. While the term sharing economy is problematic in itself, the practice of sharing has actually been practiced by our society for a long time. This study aims to examine whether the practice of dokok tradition can be categorized as a sharing economy or not. If the practice of dokok can be categorized as a sharing economy, the logical consequence is that the conception of the sharing economy which has been known must be expanded.With a qualitative approach, this research concludes that dokok tradition is a practice of sharing economy. The research was conducted in Meteseh Village, Semarang City, Central Java, where the local community still practices the dokok tradition to this day.As far as the authors have explored, there has been no research linking the practice of a tradition with the sharing economy. Thus, it will be a theoretical relevance or novelty of this research.The term of sharing economy became very popular, especially after the 2007-2008 economic and financial crisis. While the term sharing economy is problematic in itself, the practice of sharing has actually been practiced by our society for a long time. This study aims to examine whether the practice of dokok tradition can be categorized as a sharing economy or not. If the practice of dokok can be categorized as a sharing economy, the logical consequence is that the conception of the sharing economy which has been known must be expanded.With a qualitative approach, this research concludes that dokok tradition is a practice of sharing economy. The research was conducted in Meteseh Village, Semarang City, Central Java, where the local community still practices the dokok tradition to this day.As far as the authors have explored, there has been no research linking the practice of a tradition with the sharing economy. Thus, it will be a theoretical relevance or novelty of this research.
|
0 |
2021 |
WORTHLESSNESS IS A POWER: MENGAPA ORANG BERSEDIA MENARUH UANG DI APLIKASI GO-PAY
(Rahoyo Rahoyo, Rr. Lulus Prapti N.S.S., Asih Niati)
DOI : 10.26623/slsi.v18i4.2843
- Volume: 18,
Issue: 4,
Sitasi : 0 16-Nov-2020
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
Salah satu tulang punggung revenue Go-jek adalah transaksi pembayaran Go-pay. Berbeda dengan bank di mana nasabah bisa dengan mudah menemukan kantor bank tempatnya menaruh uang; pada aplikasi Go-pay konsumen bahkan tidak tahu di mana kantor Go-pay. Mengapa para konsumen tersebut bersedia menaruh uang di aplikasi Go-pay tanpa mengetahui di mana kantor Go-pay bahkan juga tidak mengetahui bagaimana prosedur dan ke mana harus komplain bila sewaktu-waktu uang mereka di aplikasi Go-pay hilang?Melalui pendekatan kualitatif penelitian ini menemukan bahwa trust atau kepercayaan bukanlah faktor utama yang membuat para konsumen tersebut bersedia menaruh uang di aplikasi Go-pay melainkan ketidakbernilaian (worthlessness). Kata Kunci: Go-jek, Go-pay, trust, ekonomi digital.
|
0 |
2020 |
DISRUPSI DARI ATAS: KASUS BANGKRUTNYA KIOS TRADISIONAL BERHADAPAN DENGAN MINIMARKET MODERN
(Stefanus - Rahoyo)
DOI : 10.26623/jdsb.v22i1.1892
- Volume: 22,
Issue: 1,
Sitasi : 0 11-Jun-2020
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
Various studies have concluded that the presence of modern minimarkets has a negative impact on traditional kiosks. One of the negative impacts is revenue s decrase of the tradisional kiosks. However, the various studies have not answered why and how the kiosts revenue decrase or even they bankrupted. Losing in competition is not a correct reason to explain the above phenomenon because the fact is €”and is perceived so by consumers €”the price of goods in traditional kiosks is cheaper than the price of the same goods in modern minimarkets.With a qualitative approach this study found that the phenomenon of revenue s decrease and even the bankruptcy of traditional kiosks were because of disruption and not because they could not compete with modern minimarkets. It is, however, differ from Chistensen's disruptive innovation theory where disruption always starts from low-end market; this research found the opposite direction, namely disruption starting from high-end market or disruption from above.
|
0 |
2020 |
BANK KELILING PEMBURU RENTE DAN INVOLUSI USAHA PEDAGANG PASAR
(Rahoyo Rahoyo, Rr. Lulus Prapti NSS)
DOI : 10.26623/slsi.v17i4.1778
- Volume: 17,
Issue: 4,
Sitasi : 0 16-Dec-2019
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
AbstrakBank keliling pemburu rente (jamak dikenal sebagai bank plecit, bank thithil, mbatak, bank emok) dikenal masyarakat sebagai lembaga permodalan dan atau pembiayaan dengan mengenakan bunga amat tinggi. Faktanya memang demikian. Tak berlebihan bila bank ini kemudian dipersepsikan oleh masyarakat sebagai bank yang bukan membantu para pedagang pasar atau nasabah yang menggunakan jasa bank keliling pemburu rente, tetapi justru menggerogoti usaha para pedagang. Masyarakat pada umumnya menjulukinya dengan istilah rentenir.Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini menemukan bahwa dalam konteks pedagang pasar, dalam situasi dan kondisi tertentu, pilihan alternatif permodalan atau pembiayaan bank keliling pemburu rente adalah pilihan yang rasional. Tidak ada alasan tunggal para pedagang pasar menggunakan jasa bank keliling pemburu rente. Terpepet, misalnya, adalah salah satu alasan; tetapi bukan satu-satunya alasan.Hal menarik lain dari penelitian ini adalah tidak ditemukan informasi dan fakta empiris dan teoretis bahwa bunga bank keliling pemburu rente yang sangat tinggi tersebut mengakibatkan involusi atau pemerosotan usaha. Kata kunci: bank plecit, bank keliling pemburu rente, involusi usaha, pedagang pasar, alternatif permodalan dan pembiayaan, lembaga keuangan informal, laba, tindakan ekonomis.
|
0 |
2019 |
PENDEKATAN HOLISTIK (HOLISTIC APPROACH) SEBAGAI UPAYA EFEKTIF PENGENTASAN KEMISKINAN: STUDI KASUS PADA TIGA KELUARGA MISKIN
(RR. Lulus Prapti NSS, Rahoyo Rahoyo, Dian Triyani)
DOI : 10.26623/.v17i2.1455
- Volume: 17,
Issue: 2,
Sitasi : 0 23-Jun-2019
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
AbstrakBerbagai program dan upaya pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan memang pernah digulirkan, antara lain Kredit Usaha Tani (1998) yang mencapai Rp8,4 triliun; Kredit Ketahanan Pangan (2000) yang mencapai 2,3 triliun; juga Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan Jaring Pengaman Sosial. Namun, berbagai upaya itu pun toh tak cukup signifikan mengurangi angka kemiskinan. Setidaknya, data di atas menunjukkan bahwa sejak 2002 sampai dengan 2007 angka kemiskinan tetap bertengger pada angka 16 18% sekalipun memang tinggal satu digit pada 2018.Tentu saja kita tidak boleh pesimis bahwa kemiskinan pada dasarnya memang bisa ditekan bahkan bisa dihapuskan. Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian 2006 telah membuktikannya di Bangladesh. Tetapi, melihat pengalaman selama 5 tahun terakhir, semua usaha yang dilakukan pemerintah belum memberikan hasil yang berarti.Pertanyaan lain yang muncul, mengapa semua program yang telah menyedot triliunan biaya tersebut tidak mampu membawa dampak signifikan dalam upaya pengentasan kemiskinan? Apakah program-program tanggap darurat (emergent) semacam beras miskin (raskin) dan bantuan langsung tunai (BLT) memang merupakan pendekatan strategis untuk pengentasan kemiskinan?Makalah ini berusaha memotret apa adanya kehidupan tiga keluarga miskin masing-masing Suji (65 tahun), Harni (55 tahun) dan Subadi (61 tahun) sebagai studi kasus. Dari deskripsi apa adanya mengenai kehidupan mereka akan dilakukan analisis untuk mengetahui aspek-aspek yang terkait dengan kemiskinan mereka. Kata kunci: pendekatan holistik, keluarga miskin
|
0 |
2019 |
ENTREPRENEURIAL BUREAUCRACY: SEBUAH TUNTUTAN MUTLAK UNTUK MENUTUP CAPACITY GAP APARATUR BIROKRASI DALAM ERA OTONOMI DAERAH
(Rahoyo Asih)
DOI : 10.26623/.v17i1.1350
- Volume: 17,
Issue: 1,
Sitasi : 0 02-Jan-2019
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
AbstrakMuara dari keseluruhan kebijakan otonomi daerah (the overall policies of regional autonomy) haruslah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan regional secara umum dalam keseluruhan dimensinya. Bagi aparatur birokrasi, pada satu sisi, itu berarti bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap berbagai layanan yang disediakan birokrasi sebagai kepanjangan tangan pemerintah (baca: negara/state) yang memang bertanggung jawab untuk mengurus kesejahteraan warganya menjadi tolok ukur utama (major measurement) apakah keseluruhan sistem birokrasi memang telah menjalankan fungsi dan perannya dengan semestinya atau belum. Dengan kata lain, semakin masyarakat lokal dan regional terlayani dengan lebih memuaskan, semangat inti (core spirit) otonomi daerah semakin tercapai. Sebaliknya, semakin masyarakat merasa kecewa dengan keseluruhan kinerja pelayanan birokrasi, roh dari otonomi daerah tersebut secara faktual sebenarnya sedang terabaikan. Dalam konteks itulah apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa tuntutan-tuntutan masyarakat kini semakin beragaram, kesadaran akan hak politik, ekonomi dan sosial mereka pun telah berkembang begitu jauh dibanding satu dekade lalu birokrasi dituntut mampu melakukan transformasi diri (self transformation) untuk menjadi semakin poduktif, profesional, efisien, efektif, memiliki visi yang jauh ke depan, dan yang tak kalah penting adalah berorientasi pada masyarakat (customers-oriented). Singkat kata, menghadapi tantangan kehidupan masyarakat yang semakin kompleks dan maju seperti sekarang ini, juga justru demi tercapainya semangat inti otonomi daerah,, birokrasi yang berjiwa wirausaha (entrepreneurial bureaucracy) menjadi sesuatu yang imperatif.Kata kunci: Birokrasi Entrepreneurial, Aparatur, Otonomi Daerah
|
0 |
2019 |