IDENTIFIKASI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA KAWASAN PERKOTAAN GODONG
(Agus Sarwo Edy Sudrajat)
DOI : 10.26623/ijsp.v5i1.7898
- Volume: 5,
Issue: 1,
Sitasi : 0 10-Jun-2024
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
<p><em>Kawasan Perkotaan Godong merupakan salah satu bagian di Kecamatan Godong. Kawasan tersebut memiliki luas wilayah perkotaan 304,64 Hektar, yang terdiri dari 4 (empat) desa mencakup Desa Ketitang, Desa Bugel, Desa Godong, dan Desa Klampok. Kawasan Perkotaan Godong termasuk kawasan yang memiliki laju pertumbuhan penduduk per tahun 2010-2020 mencapai total 1,19% dimana penduduknya mencapai 87.028 jiwa, dimana laju pertumbuhan tersebut tertinggi ke 3 (tiga) di Kabupaten Grobogan. Dengan kepadatan penduduk mencapai 1003 per km² dengan presentase 5,99% dimana Kecamatan Godong termasuk kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi ke 4 (empat) di Kabupaten Grobogan dari 19 kecamatan. Dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun, maka luasan lahan perkotaan yang terbatas dan tidak berubah maka akan menyebabkan pemanfaatan ruang tergerus, salah satunya Ruang Terbuka Hijau Publik. Hal ini dapat mempengaruhi ketersediaan RTH Publik berkurang dan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik bertambah pada kawasan perkotaan Godong. </em><em>Tujuan penelitian ini adalah untuk megidentifikasi ketersediaan dan kebutuhan </em><em>Ruang Terbuka Hijau Publik pada kawasan perkotaan Godong.</em><em> Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu </em><em>kuantitatif deskriptif. </em><em>Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa ketersediaan </em><em>Ruang Terbuka Hijau Publik pada kawasan perkotaan Godong dapat ditemukan Taman bermain di Desa Klampok dengan luas 0,03 Hekta dan taman RT di Desa Godong dengan luas 0,011 Hektar. Lapangan sepakbola di Desa Bugel dengan luas 1,16 Hektar, di Desa Godong 1,19 Hektar, dan di Desa Klampok 0,8 Hektar. Sedangkan untuk lapangan tenis ada di Desa Godong dengan luas 0,03 Hektar, dan lapangan voli dengan luas 0,02 Hektar. Sedangkan jalur hijau dapat ditemukan di Desa Ketitang dengan luas 0,15 Hektar dan di Desa Godong seluas 0,01 Hektar. Jogging track juga dapat ditemukan di Desa Bugel ddengan luas 0,014 Hektar. Selanjutnya sempadan sungai dapat di Desa Ketitang dengan luas 0,43 Hektar, Di Desa Bugel 0,3 Hektar, di Desa Godong 0,93 Hektar, dan di Desa Klampok 0,77 Hektar. Sedangkan untuk TPU di Desa Ketitang tersedia 0,3 Hektar, di Desa Bugel seluas 0,24 Hektar, di Desa Godong 0,37 Hektar, dan di Desa Klampok 0,29 Hektar. Maka total ketersediaan RTH Publik pada kawasan perkotaaan Godong adalah seluas 7,045 Hektar (2,312%). Sedangkan untuk kebutuhan RTH Publik pada kawasan perkotaan Godong berdasarkan luas wilayah 20% adalah 60,928 Hektar. Maka pada kondisi eksisting tersedia RTH Publik sebesar 7,045 Hektar maka luas kebutuhan RTH Publik adalah 53,883 Hektar. Sedangkan kebutuhan RTH Publik berdasarkan jumlah penduduk adalah 209,750 m² atau 20,975 Hektar.</em></p>
|
0 |
2024 |
ANALISIS PENETAPAN KAWASAN INDUSTRI DI KABUPATEN JEPARA
(Anindya Putri Tamara, Imam Rofi’I, Agus Sarwo Edy Sudrajat)
DOI : 10.26623/ijsp.v4i2.7359
- Volume: 4,
Issue: 2,
Sitasi : 0 20-Nov-2023
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
<p>Pengembangan Kawasan Industri bertujuan untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti: masih lemahnya daya saing industri nasional, belum kuat dan belum dalamnya struktural industri nasional masih terkonsentrasinya kegiatan industri di beberapa titik Pulau Jawa dan belum optimalnya regulasi pemerintah dalam mendukung kemajuan sektor industri. Penetapan Kawasan Industri di Kabupaten Jepara sangat diperlukan untuk dapat mengelompokkan kegiatan industri pada satu lokasi pengelolaan. Kawasan Industri terpadu dapat memberikan kemudahan dalam aspek penyediaan fasilitas pendukung industri baik untuk pengolahan dan juga pengendalian kegiatan industri termasuk pengelolaan limbah di dalamnya. Pertumbuhan industri secara individual memberikan pengaruh besar terhadap kelestarian lingkungan karena tidak mudah untuk melakukan pengendalian pencemaran yang dilakukan oleh industri-industri yang tumbuh secara individu. Penetapan Kawasan Industri di Kabupaten Jepara diharapkan dapat mendukung terbentuknya tata ruang yang berkelanjutan serta peningkatan kualitas lingkungan daerah secara menyeluruh.</p>
|
0 |
2023 |
KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PARIWISATA DI PANTAI GLAGAH WANGI BERDASARKAN PREFERENSI PENGUNJUNG
(Elfia Zulfa, Agus Sarwo Edy Sudrajat)
DOI : 10.26623/ijsp.v4i2.6441
- Volume: 4,
Issue: 2,
Sitasi : 0 28-Oct-2023
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
<p><em>Tourism facilities and infrastructure can make one of the supports in tourist attraction, because if the availability of facilities and infrastructure is not well developed it will result in reduced interest in visiting tourists. So that it can affect the decline in the quality of the tour.</em></p><p><em>The purpose of this study was to determine the availability of tourism facilities and infrastructure based on the preferences of visitors at Glagah Wangi Beach as seen from the conditions and functioning of infrastructure facilities in the tourist area. The conditions and functioning in question include basic facilities, complementary facilities, supporting facilities and infrastructure. The method used in this study is cross-tabulation analysis to find out and measure visitor preference scales in determining the conditions and functioning of objects seen, especially facilities and infrastructure.</em></p><p><em>The results obtained in this study were that the availability of facilities and infrastructure concerning the condition and functioning of basic facilities was 75% very good (Tourism Transport, Stalls, Homestays), complementary facilities 45% very good (float tire rental, ATV), supporting facilities 60% good (souvenirs, places of worship) and 42% infrastructure is not good (transportation, parking, accessibility, energy sources, toilets, telecommunications, clean water).</em></p>
|
0 |
2023 |
KAJIAN KARAKTERISTIK AKTIVITAS KOMERSIAL PADA KAWASAN KORIDOR JALAN TLOGOSARI RAYA KOTA SEMARANG
(Agus Sarwo Edy Sudrajat)
DOI : 10.26623/ijsp.v2i2.4261
- Volume: 3,
Issue: 1,
Sitasi : 0 20-Jul-2022
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
<p><em>Perkembangan kota tidak terlepas dari berkembangnya kegiatan ekonomi, Kota Semarang termasuk salah satu kota yang kegiatan ekonominya berkembang dengan pesat. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya aktivitas komersial yang berkembang mengikuti koridor jalan. Aktivitas komersial yang berkembang di sepanjang koridor jalan Tlogosari Raya merupakan salah satunya. Tidak hanya berkembang di sepanjang koridor jalan akan tetapi pada jalan-jalan penghubung yang menghubungkan jalan utama Tlogosari Raya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan sampel yang digunakan adalah pemilik bangunan komersial atau pelaku usaha/ pihak yang menjalankan aktivitas komersial seperti pedagang kaki lima dan konsumen serta menggunakan teknik purposive sampling atau teknik sampel yang dimana dalam penelitian tersebut menentukan kriteria-kriteria tertentu dalam pengambilan sampelnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa aktivitas komersial yang ada di kawasan koridor Jalan Tlogosari Raya terdiri dari berbagi bentuk aktivitas komersial. Bentuk-bentuk tersebut dibedakan atas dasar bentuk, jenis, sifat kegiatan, jenis komoditas yang ditawarkan dan lokasi pelayanannya. Aktivitas komersial yang ada di kawasan koridor Jalan Tlogosari Raya termasuk ke dalam kawasan aktivitas komersial dengan bentuk aktivitas komersial yang di dominasi oleh makanan, dari segi jenis adalah kost dan dari segi sifat kegiatan adalah Convenience Shop.</em></p><p><strong><em>Kata Kunci</em></strong><em> : Aktivitas Komersial; Karakteristik; Koridor Jalan</em></p>
|
0 |
2022 |
IDENTIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL MENENGAH) KECAMATAN JEPARA KABUPATEN JEPARA
(Agus Sarwo Edy Sudrajat, Nella Ardiantanti Siregar)
DOI : 10.26623/ijsp.v2i2.4418
- Volume: 2,
Issue: 2,
Sitasi : 0 16-Jan-2022
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
<p class="Abstract"><em>Over time, The number of IKMs which continued to increase and were not accompanied by data collection was what ultimately caused problems. The lack of awareness to register a business that is owned is still one of the causes. In fact, this is very important to do. Seeing the above phenomenon makes us aware of the importance of data collection on IKM, especially those in Jepara District, Jepara Regency. This research method uses a qualitative approaches. The analysis technique used is descriptive analysis and normative analysis. The process of validation and data collection is based on the indocators contained in the querstionnaire. 9 indicators in data collection, namely IKM business actors, Business Permits, Type Of Industry, KBLI, Number Of Workers, Raw Materials, Working Capital, Production Capacity, and Investment. The final result of the activity is a data master document for IKM in Jepara District which is compiled in order to support the smooth implementation of goods / services procurement. </em></p><p class="Abstract"> </p>
|
0 |
2022 |
IDENTIFIKASI PROFIL KUMUH KELURAHAN GONDORIYO, KECAMATAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG
(Agus Sarwo Edy Sudrajat)
DOI : 10.26623/ijsp.v2i1.3178
- Volume: 2,
Issue: 1,
Sitasi : 0 07-Apr-2021
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
<div><div><table cellspacing="0" cellpadding="0"><tbody><tr><td align="left" valign="top"><p class="Abstract"><em>Kota merupakan pusat aktivitas penduduk yang dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana sebagai penunjuang kebutuhan hidup penduduknya. Semakin hari kota semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, baik karena faktor urbanisasi maupun faktor lainnya. Pertumbuhan penduduk pada suatu kota tentunya akan berdampak pada kebutuhan akan ruang baik minimal sebagi tempat tinggal untuk hidup dan bertahan, sementara disisi lain ruang yang tersedia (lahan) sangat terbatas. Hal ini akan berdampak pada munculnya beberapa penggunaan lahan perkotaan yang tidak semestinya seperti penggunaan bantaran sungai, bawah kolong jembatan, maupun ruang kosong lainnya yang tidak semestinya. Berkembangnya penggunaan lahan tersebut tentu akan berdampak pada kekumuhan kawasan tersebut, kondisi tersebut diperpuburk dengan tidak didukungnya sarana prasarana yang memadai sehingga berdampak pada munculnya berbagai permasalahan seperti kesehatan, kebersihan, kenyamanan, keamanan maupun lainnya.</em></p><p class="Abstract"><em>Kelurahan Gondoriyo </em><em>merupakan salah satu kelurahan yang masuk dalam program KOTAKU yang ada di Kota Semarang. Dalam rangka pencegahan dan penanganan kumuh, maka diperlukan proses awal untuk mengetahui profil kekumuhan lokasi tersebut yang nantinya akan menjadi dasar dalam menangani permasalahan kumuh yang ada di Kleurahan Gondoriyo.</em><em> </em><em></em></p></td></tr></tbody></table></div><br clear="ALL" /> <em>Penelitian ini merupakan identifikasi awal terhadap kondisi kekumuhan Kelurahan Gondoriyo, sehingga metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan melakukan analisa deskriptif kualitatif berdasarkan hasil orientasi lapangan (primer) maupun wawancara (sekunder),sehingga nantinya didapatkan data yang akurat dan valid yang kemudian diolah mengunakan spasial GIS. Adapun kondisi yang dianalisa menyangkut 7 indikator permukiman kumuh, yakni kondisi jalan, drainase, persampahan, sanitasi, air bersih, rumah tidak layak huni, dan kebencanaan,</em></div>
|
0 |
2021 |
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN KABUPATEN PEKALONGAN BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
(Agus Sarwo Edy Sudrajat)
DOI : 10.26623/ijsp.v1i2.3096
- Volume: 1,
Issue: 2,
Sitasi : 0 30-Jan-2021
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
<div><table cellspacing="0" cellpadding="0"><tbody><tr><td align="left" valign="top"><p class="Abstract"><em>As time goes by, a city or region will change its physical appearance. Visually, the physical appearance of the city can be seen from the growth of the center of activity and population activities that occupy a land space both vertical and horizontal developments. The realization of this is the impact of increasing population and growing population activities. Society or population as perpetrators as well as objects of development is one of the main actors influencing changes in a city or region. Of course this will have implications for the needs of land as a space for socio-economic and ecological activities.</em></p><p class="Abstract"><em>From the description above, it can be explained further, that the needs of this land if it is not considered in a balanced manner between demand and supply will have a negative impact on the land itself, including for human beings. Land needs are increasing while the amount of land is limited, so there is often a change in land use that is not in accordance with its designation.</em></p><p class="Abstract"><em>Therefore, in each land change, an analysis of the land is needed to determine the function (suitability) and character (capability) of the land so that any changes in land use can be known to be feasible and then the appropriate land use direction can be known.</em></p></td></tr></tbody></table></div><br clear="ALL" /> <em>The method used is the spatial method using the map overlay technique with geographic information system software. With this method, it is expected to provide a detailed and precise description of the function and character of the land so that the direction of the development of a city or region can be determined optimally effectively and efficiently while anticipating the emergence of land change conflicts.</em>
|
0 |
2021 |
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA PENANGANAN KAWASAN KUMUH DI KAWASAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA
(Sri Subekti, Iwan Prayoga, Agus Sarwo Edy Sudrajat)
DOI : 10.26623/ijsp.v1i2.3105
- Volume: 1,
Issue: 2,
Sitasi : 0 30-Jan-2021
| Abstrak
| PDF File
| Resource
| Last.09-Jul-2025
Abstrak:
Increased urbanization and the increase in the number of housing areas or settlements that are less organized, accompanied by increasing slums. Slum settlement is defined as a residential area that is unfit for habitation with irregular building conditions, has a high level of building density, with the quality of buildings and facilities and infrastructure that do not meet the requirements. The problem of this research is the low coverage of solid waste services and the increasing volume of non-organic waste that is difficult to recycle and the level of public awareness about cleanliness is the main problem of waste management. The purpose of this research is to solve the problem of solid waste as an effort to prevent settlements from slums and to create a community that cares about waste management. The conclusion of this research is the need for regular waste transportation services to TPS / TPA so that the Pecangaan area becomes cleaner, the procurement of trash bins for each RT so that the waste can be well accommodated and the infrastructure for the process of transporting waste, socializing to the community at community meetings about the importance of waste management that is carried out in a sustainable manner, providing incentives for communities / groups / areas that are able to manage their waste properly as pilot areas, providing training to residents on waste management with the 3R concept (Reuse, Reduce, Recycle).
|
0 |
2021 |