<p class="Abstract" align="center"><strong>ABSTRACT</strong></p><p><em>Turning on the lights in the room is still done manually by pressing the light button. Switches, as electrical devices, are used to turn lights on or off. There are many innovative ways to make human tasks easier, one of which is by using motion sensors that replace manual switches. This research uses a motion sensor as a control to flow or cut off electric current without any physical contact between the user and the device being controlled. This research is the development of an ESP32-based system as a Wi-Fi module that integrates sound technology, automatic lights, and food ordering buttons connected to the Blynk application. This research is designed to provide innovative solutions in organizing the environment and services of a food court. The sound system is implemented through the ESP32 to record and play sound as needed. Automatic lights use PIR sensors to detect movement and control lighting automatically. The food ordering button integrates with the Blynk app allowing real-time monitoring of button activity to manage orders more effectively. The test and evaluation results show that this research succeeded in achieving its objectives well. This system can increase user comfort, energy efficiency, and provide monitoring through the Blynk application. Further analysis can be performed to improve functionality and adapt this system to specific user needs.</em></p><p><em> </em></p><p><em>Keywords: Blynk, ESP32, Lights, Monitoring, Motion Snesor.</em></p><p> </p><p class="Abstract" align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p><em>Untuk menyalakan lampu di dalam ruangan masih dilakukan secara manual dengan menekan tombol lampu. Saklar, sebagai perangkat listrik, digunakan untuk menghidupkan atau mematikan lampu. Ada banyak cara inovatif untuk mempermudah tugas manusia, salah satunya adalah dengan menggunakan sensor gerak yang menggantikan saklar manual. Penelitian ini menggunakan sensor gerak sebagai kontrol untuk mengalirkan atau memutus arus listrik tanpa adanya kontak fisik antara pengguna dan perangkat yang dikendalikan. Penelitian ini merupakan pengembangan sistem berbasis ESP32 sebagai modul Wi-Fi yang mengintegrasikan teknologi suara, lampu otomatis, dan tombol pemesanan makanan yang terhubung dengan aplikasi Blynk. Penelitian ini dirancang untuk memberikan solusi inovatif dalam pengaturan lingkungan dan layanan sebuah food court. Sistem suara diimplementasikan melalui ESP32 untuk merekam dan memutar suara sesuai kebutuhan. Lampu otomatis menggunakan sensor PIR untuk mendeteksi gerakan dan mengontrol pencahayaan secara otomatis. Tombol pemesanan makanan terintegrasi dengan aplikasi Blynk yang memungkinkan pemantauan secara real-time dari aktivitas tombol untuk mengelola pesanan dengan lebih efektif. Hasil pengujian dan evaluasi menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil mencapai tujuannya dengan baik. Sistem ini dapat meningkatkan kenyamanan pengguna, efisiensi energi, dan memberikan pemantauan melalui aplikasi Blynk. Analisis lebih lanjut dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsionalitas dan menyesuaikan sistem ini dengan kebutuhan spesifik pengguna.</em></p>

Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran mengenai trend perkembangan penelitian mengenai IFRS di Indonesia. Penelitian merupakan kajian studi literatur dengan pendekatan bibliografi, yang dilakukan terhadap 40 artikel mengenai kajian penerapan IFRS di Indonesia tahun 2012-2022, yang dipublikasikan oleh jurnal nasional terakreditas SINTA 2. Data kemudian dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian adalah selama kurun waktu 2012-2022 terdapat 40 artikel yang mengkaji penerapan IFRS di Indonesia dan dipublikasi di jurnal terakreditas SINTA 2. Topik yang dikaji meliputi perpajakan, audit dan keuangan. Terdapat perubahan trend dalam mengkaji penerapan IFRS di Indonesia. Kajian mengenai hubungan relevansi informasi, kualitas informasi dan penerapan IFRS mengalami penurunan, sedangkan hubungan earning management dengan penerapan IFRS mengalami peningkatan. Mayoritas kajian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Faktor yang dikaji lebih banyak melibatkan faktor internal dibandingkan faktor eksternal. Faktor internal paling banyak dikaji adalah relevansi nilai, sedangkan faktor eksternal yang paling banyak dikaji adalah kualitas informasi akuntansi. Hasil penelitian mengenai cause dan effect mengenai penerapan IFRS di Indonesia memberikan hasil yang tidak konsisten, baik mengenai ada atau tidak adanya pengaruh (effect vs no-effect) maupun mengenai sifat hubungan antar variabel (positive effect vs negative effect).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter manajemen diri taruna dan taruni di APN dan teknik yang dibutuhkan untuk membangun faktor-faktor dari karakter manajemen diri pada taruna dan taruni di APN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-studi kasus. Subjek adalah taruna dan taruni APN Surakarta semester 1 di kelas IA dan IB tahun 2023. Data diperoleh melalui wawancara dan observasi, dan kemudian dianalisis menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian Karakter manajemen diri taruna dan taruni di APN dan teknik yang dibutuhkan untuk membangun faktor-faktor dari karakter manajemen diri pada taruna dan taruni di APN adalah motivasi, metode belajar, penggunaan waktu, lingkungan fisik dan sosial

Salah satu indikator keberhasilan penyelenggaraan transportasi laut sebagaimana yang diamanatkan dalam undang-undang pelayaran adalah terwujudnya keselamatan pelayaran di seluruh wilayah perairan Indonesia.Peran kenavigasian semakin besar dalam menjamin tersedianya serta terselenggaranya prasarana keselamatan pelayaran, mulai dari penyediaan alur pelayaran dan sistem perlintasan yang aman dan ekonomis, penyediaan sarana bantu navigasi pelayaran yang cukup dan andal, penyelenggaraan telekomunikasi pelayaran baik melalui Stasiun Radio Pantai (SROP), sesuai tuntutan Nasional mupun internasional di bidang peningkatan keselamatan dan keamanan pelayaran.Stasiun Radio Pantai (SROP) dan Vessel Traffic Service di Seluruh Instalasi kenavigasian berperan sangat penting dalam melakukan pengendalian Traffic kapal dan pengawasan Kesematan Pelayaran di SeluruhPelabuhan dan perlintasan di Indonesia.Supaya hal tersebut dapat tercapai, Telkompel harus menjaga keandalan peralatan Stasiun Radio Pantai (SROP), dan SDM yang kualifikatifguna mendukung keselamatan dan kemananan pelayaran. Penelitian ini menitikberatkan pada peran Stasiun Radio Pantai (SROP) dan pemanfaatn GMDSS sebagai salah satu jenis telekomunikasi pelayaran dalam keselamatan pelayaran yang dilakukan di Kantor Distrik Navigasi Kelas III Cilacap

Pelayanan jasa keagenan kapal telah berjalan dengan baik, namun masih ditemui permasalahan diantaranya ialah: kurangnya keamanan dalam pelayanan jasa keagenan, adanya keterlambatan dalam pelayanan jasa keagenan, adanya keterlambatan proses bongkar muat, terlambatnya kapal berangkat, dokumen- dokumen yang dibutuhkan kurang dan biaya yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui strategi pelayanan jasa keagenan pada kapal; 2) Untuk mengetahui teknik dan strategi pengembangan usaha jasa pelayanan keagenan kapal; dan 3) Untuk mengetahui peranan perusahaan pelayaran / keagenan kapal dalam menangani kedatangan dan keberangkatan kapal di PT Pelayaran Nasional Indonesia Cabang Batam.Metode penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di PT Pelayaran Nasional Indonesia cabang Batam dari bulan Februari sampai April 2022. Subyek dan informan dalam hal ini antara lain, pemandu, pembimbing prada, kepala-kepala bagian, karyawan atau pegawai Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Strategi pelayanan jasa keagenan pada kapal di PT Pelayaran Nasional Indonesia cabang Batam ialah a) mengutamakan kualitas jasa dalam pelayanan kapal; b) mengelola harapan pemilik kapal (owner);c) mengutamakan kepuasan pemilik kapal (owner); d) memberikan bukti bukan janji kepada pemilik kapal (owner), dan e) mengembangkan budaya kualitas dalam pelayanan kapal. 2) Teknik dan strategi pengembangan usaha jasa keagenan kapal di PT Pelayaran Nasional Indonesia cabang Batam ialah a) sebelum kapal tiba di pelabuhan, teknik yang harus diberikan adalah memonitor rencana kedatangan kapal di pelabuhan; b) pada waktu kapal tiba dipelabuhan, dilaksanakan pengurusan kepada instansi terkait dipelabuhan; dan c) setelah kapal berangkat dari pelabuhan, dilaksanakanpelaporan kepada General Agent atau principal tentang kapan kapaltiba dipelabuhan. 3) Sebelum kapal Keagenan milik PT Pelayaran Nasional Indonesia cabang Batam tiba / sandar, maka agen operasional wajib membuat Permohonan Pelayanan Kapal dan Barang (PPKB) melaui system website Igateway Pelindo dan Permohonan untuk Jasa Kepanduan (order pilot) dan apabila agen sudah membuat Permohonan PPKB melalui system, maka Pelindo akan menyetujui dan mengeluarkan PPKB yang sudah di approve dan Surat Perintah dan        Bukti Pemakaian Pandu dan Tunda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui penerapan aplikasi Semen Grobogan Transport Management System dan dampak dari penggunaan aplikasi Semen Grobogan TMS dalam proses coal delivery Pada PT Cahaya Moda Indonesia Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan deksriptif kualitatif. Informan adalah kepala divisi EMKL, kepala operasional, staff operasional, driver truck serta karyawan PT. Cahaya Moda Indonesia Semarang. Data diperoleh menggunakan wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian adalah proses penerapan aplikasi Semen Grobogan Transport Management System Pada PT Cahaya Moda Indonesia Semarang, yang dimulai dari alokasi delivery order (DO) pada pihak pabrik, proses verifikasi armada truk dan driver, pelaksanaan stevedoring oleh perusahaan bongkar muat, penulisan tallysheet serta surat jalan secara manual, pembuatan barcode, dan diakhiri dengan delivery batubara ke pabrik. Dampak penerapan sistem aplikasi ini koordinasi antara pihak EMKL dengan pabrik dapat dapat terjalin serta mampu mengetahui jumlah tonnase yang telah dikirim

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja melalui spiritualitas di tempat kerja. Subjek penelitian adalah 110 karyawan swasta di Semarang yang diperoleh melalui kuesioner dan kemudian dianalisis menggunakan analisi jalur. Hasil penelitian adalah kepemimpinan spiritual berpengaruh negatif terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja, kepemimpinan spiritual berpengaruh positif terhadap spiritualitas di tempat kerja, spiritualitas berpengaruh negatif terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja, spiritualitas di tempat kerja memediasi hubungan antara kepemimpinan spiritual dengan perilaku menyimpang di tempat kerja.

Penuaan merupakan penyebab kemunduran fisik, psikologis, dan sosial yang berdampak pada kondisi lingkungan sosial lansia. Salah satu masalah kesehatan yang lebih sering dialami oleh lansia adalah kesepian. Kesepian bisa disebabkan oleh beberapa hal, termasuk perasaan hampa dan sendirian di tengah keramaian atau karena kehilangan identitas dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan orang lain. Tujuan penelitian mengetahui korelasi kondisi lingkungan sosial dan tingkat kesepian pada lansia terlantar. Desain penilitian korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Berjumlah 65 digunakan sebagai sampel sebanyak 56 lansia diambil dengan teknik random sampling. Kuesioner lingkungan sosial dan kuesioner UCLA Loneliness Scale versi 3 digunakan sebagai instrumen penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji rho Spearman.Hasil penelitian didapatkan lansia dengan kondisi lingkungan yang cukup baik 31% dan mayoritas lansia mengalami tingkat kesepian kategori sedang 37%. Data penelitian menunjukkan nilai p-value sebesar 0,000 dan nilai r sebesar -0,585. Kesimpulan studi ini menjunjukkan terdapat korelasi kondisi lingkungan sosial dengan tingkat kesepian pada lansia terlantar.

Many pedestrian paths are still not well organized and optimally utilized. On the other hand, the comfort of pedestrian paths should be a priority in urban transportation planning.  This study aims to determine the level of pedestrian service on Jl. Istana and Jl. H. Agus Salim Bukittinggi city and to determine the perceptions of people who use pedestrian crossing facilities on Jl. Istana and Jl. H. Agus Salim in the Bung Hatta Palace area Bukittinggi based on comfort and level of pedestrian service. This research uses descriptive research methods carried out to explain the situation that occurs on the pedestrian path Jl. Istana and Jl. H. Agus Salim in the Bung Hatta Palace area Bukittinggi. For the results of pedestrian movement characteristics obtained data Flow (Flow) in segment I amounted to 0.12, 0.70 and 0.75 pedestrians / min, in segment II amounted to 0.29, 1.13 and 1.67 pedestrians / min. Speed data in segment I was found to be 52.32, 55.97 and 54.97 m/min, in segment II it was 55.03, 51.74 and 53.96 m/min. Density in segment I was 0.18, 0.19 and 0.18 m2/ped, in segment II it was 0.62, 0.57 and 0.60 m2/ped. Space in segment I was 5.65, 5.38 and 5.50 m2/ped, segment II was 1.62, 1.74 and 1.67 m2/ped. Pedestrian ratio in segment I amounted to 0.0016, 0.0094 and 0.0100, segment II amounted to 0.00380, 0.01509 and 0.02227. The results showed that the level of pedestrian service on Jl. Istana and Jl. H. Agus Salim in the Bung Hatta Palace area Bukittinggi is A, because pedestrians can move freely according to their wishes without any interference from other pedestrians and for the results of the questionnaire that has been distributed as many as 100 respondents obtained a comfort value of 72% and this figure is included in the comfortable category.

The problems in this study are: 1. How far is the effectiveness of the implementation of the East Sumba Regency Government's Regional Apparatus Asset Report rules?; and 2. What are the factors that hinder the effectiveness of the implementation of the East Sumba Regency Government's Regional Apparatus Asset Report rules? The purpose of this study is to determine and analyze the effectiveness of the application of the rules of the East Sumba Regency Government Regional Apparatus Asset Report. To determine and describe the factors that hinder the effectiveness of the application of the East Sumba Regency Government Regional Apparatus asset report rules. The type of research used by this researcher is empirical juridical method and the data is analyzed descriptively qualitative where the focus of the research is data collection of mandatory LHKPN, LHKPN Verification, and Legal Sanctions, as well as inhibiting factors, namely research whose data is directly obtained from the research location of 10 resource persons. The results of this study indicate that both the level of reporting and verification of LHKPN is not as expected, and the legal sanctions used are still considered weak. The inhibiting factors include legal factors that are considered less assertive related to LHKPN, less strict law enforcement against officials, inadequate facilities and infrastructure factors, and legal awareness factors of officials who are considered less responsible. It is recommended that state organizing officials immediately report their assets to the KPK and there is a need to improve regulations related to legal sanctions. Legal factors need to be improved in addition to the completeness of the rules and legal sanctions, law enforcement factors need strict action against Mandatory Reporters, facilities and infrastructure factors require the availability of adequate wifi facilities and provide competency training to employees related to the LHKPN filling process, as well as legal awareness factors to be more committed in carrying out their duties and responsibilities.