Di kota Malang terdapat sentra industri tempe yang memiliki kontribusi signifikan bagi masyarakat setempat. Industri tersebut  terletak di kampung Sanan Malang. Industri tempe di kampung Sanan selain memberikan kontribusi bagi masyarakat setempat namun juga menghadapi tantangan lingkungan sebagai akibat dari limbah produksi tempe. Tantangan tersebut menginspirasi kami untuk melaksanakan pengabdian masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas pelaku industri keripik tempe di kampung Sanan dalam mengelola akuntabilitas keuangan serta menganalisis kelayakan usaha berbasis prinsip keberlanjutan. Kegiatan abdimas dilaksanakan dengan metode penyuluhan, pelatihan pencatatan keuangan sederhana, juga simulasi analisis kelayakan usaha dengan mempertimbangkan aspek green investment. Dari hasil pelatihan dan penyuluhan diperoleh kesimpulan adanya peningkatan pemahaman pelaku usaha tentang pentingnya transparansi keuangan dana analisis kelayakan investasi hijau, untuk pengambilan keputusan yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan. Diharapkan langkah awal dalam transformasi industri tempe Sanan menuju industri yang lebih ramah lingkungan dan kompetitif, berpijak dari kegiatan abdimas yang dilaksanakan  dari bulan September sampai Desember 2024.
 

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan psikologis, kesehatan mental, dan manajemen konflik bagi para seminaris di era digital. Program ini dilakukan bekerja sama dengan Seminari Menengah St. Paulus Palembang melalui serangkaian tahapan yang terstruktur. Tahap awal mencakup koordinasi dengan mitra, penyusunan materi pelatihan, serta pengembangan instrumen umpan balik. Pelatihan yang diberikan mencakup topik penting seperti perkembangan psikologis remaja, kesadaran akan kesehatan mental, dan strategi penyelesaian konflik dengan menekankan nilai-nilai Kristiani seperti kasih dan pengampunan. Selain itu, lokakarya dan diskusi juga dilakukan untuk mendorong refleksi mengenai penggunaan teknologi digital dalam formatio spiritual. Umpan balik dari peserta menunjukkan peningkatan kesadaran akan kesehatan mental, pemahaman yang lebih baik tentang manajemen konflik, serta perlunya pengelolaan teknologi secara bijak. Sebagian besar seminaris juga menyatakan minat untuk mengikuti sesi lanjutan atau pendampingan jangka panjang guna mendukung penerapan ilmu yang telah diperoleh. Program ini ditutup dengan pengumpulan data, penyusunan laporan akhir, serta publikasi hasil dalam media massa dan jurnal akademik. Umpan balik positif dari peserta menunjukkan bahwa kegiatan ini memiliki relevansi dan dampak yang signifikan dalam membekali seminaris dengan keterampilan esensial untuk formatio di era digital.

Pendampingan penyusunan laporan keuangan sederhana pada UMKM Karereus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemilik UMKM dalam mengelola keuangan usaha. Melalui metode pelatihan yang terstruktur dan praktis, pendampingan intensif, serta evaluasi berkala, pemilik UMKM, berhasil memahami dan menerapkan konsep dasar akuntansi. Selama kegiatan, UMKM Karereus mampu menyusun laporan arus kas, neraca, dan laporan laba rugi secara konsisten setiap bulan. Penggunaan laporan keuangan ini membantu dalam pengambilan keputusan bisnis yang lebih baik. Faktor-faktor kunci keberhasilan meliputi pendekatan praktis dalam pelatihan, penyediaan alat yang tepat, serta komitmen tinggi dari pemilik UMKM. Meskipun terdapat tantangan keterbatasan waktu, penyesuaian jadwal pelatihan membantu mengatasi hambatan tersebut. Hasil pendampingan menunjukkan bahwa metode yang diterapkan efektif dalam membantu UMKM Karereus mengelola keuangan mereka dengan lebih baik, diharapkan memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi perkembangan usaha mereka.

Literasi  keuangan  adalah cara  mengetahui  mengelola  uang  dengan  bijak.  Pada kenyataannya banyak  orang  kesulitan  dengan  literasi  keuangan.  Hal  ini  sering  kali  disebabkan  oleh  kesalahpahaman  atau  kurangnya  pemahaman  tentang  apa  yang  dimaksud  dengan  literasi  keuangan. Dengan demikian literasi keuangan memiliki arti penting bagi semua orang terkait dengan kondisi keuangan individu, keluarga, dan masyarakat. Untuk itu diperlukan pelatihan literasi keuangan untuk indivisu, keluarga, ataupun masyarakat agar semua individu dan yang terlibat di dalamnya memiliki keterampilan literasi keuangan. Menyadari hal tersebut, salah satu lembaga yang biasa disebut dengan FPBN atau  Forum Pendamping Buruh Nasional mengadakan pelatihan literasi keuangan untuk para pendamping sehingga pendamping dapat membagikan pengalamanannya kepada siapa saja yang diampingi. Pelatihan literasi keuangan dimaksudkan agar para peserta memiliki pemahaman tentang keuangan, mengetahui cara menyusun anggaran, melek finansial, dan mempraktikkan pengelolaan keuangan dalam hidupnya. Semua peserta yang hadir dalam pelatihan mengikuti beberapa langkah. Pertama, semua peserta diajak berefleksi tentang keuangan berdasarkan spiritualitas keuangan. Kedua, peserta diajak untuk memahami tentang keuangan dan pengelolaannya. Ketiga, peserta diajak mempraktikkan bagaimana cara mengelola keuangan. Proses pelatihan literasi keuangan ini melalui beberapa tahap, yaitu 1) Tahap persiapan, 2) Merefleksikan pengelolaan keuangan dari sisi spiritualitas, 3) Mengikuti pelatihan, 4) Menyusun perencanaan pengelolaan keuangan. Akhirnya, diharapkan para peserta yang merupakan para pendamping buruh dapat menularkan pengetahuan pengelolaan keuangan kepada para dampingannya.

PT Yakult Indonesia Persada, yang beroperasi sejak 1991 dan memiliki lisensi dari Yakult Honsha Co. Ltd. dari Jepang, berkonsentrasi pada pembuatan dan pemasaran minuman susu fermentasi Yakult yang membantu kesehatan pencernaan. Untuk memenuhi permintaan yang meningkat di seluruh Indonesia, pabrik Yakult sekarang berlokasi di Sukabumi dan Mojokerto, yang awalnya berlokasi di Jakarta. Perusahaan menganut “Shirotaisme,” prinsip kesehatan yang menekankan penggunaan probiotik untuk mencegah penyakit. Bakteri L. casei Shirota strain dari Yakult telah ditunjukkan untuk meningkatkan kesehatan pencernaan dengan menyeimbangkan flora usus dan mengurangi bakteri jahat. Melalui sosialisasi dan kunjungan langsung ke fasilitas produksi, upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan generasi muda tentang manfaat bakteri. Proses kegiatan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, demonstrasi, dan sesi tanya jawab. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa peserta sangat terlibat dan lebih memahami pentingnya bakteri baik untuk kesehatan pencernaan. Diharapkan informasi ini akan mendorong orang untuk menerapkan gaya hidup sehat dan mengonsumsi Yakult setiap hari.

Kader merupakan individu dalam suatu organisasi atau kelompok, yang menjadi penggerak dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Kader diharapkan menjadi contoh dalam organisasinya. Kader di rukun warga maka pribadi tersebut menjadi contoh untuk kehidupan warga. Sebagai contoh maka kader sudah semestinya memiliki banyak pemahaman terkait dengan kehidupan warga. Salah satu pemahaman yang sebaiknya dimiliki kader adalah kewirausahaan atau entrepreneurship. Salah satu pelaksanaan pelatihan entrepreunership dilaksanakan di Rukun Warga (RW) IV  Jl. Maspati IV Bubutan, Surabaya mitra Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC) guna upgrading dan mempersiapkan kader untuk semakin mantap berwirausaha. Para kader RW IV telah memiliki berbagai usaha untuk mendukung ekonomi keluarga namun masih perlu terus didorong agar semakin maju dan mantap dalam beriwirausaha. Semua peserta yang mengikuti pelatihan entrepreunership melalui beberapa langkah. Pertama, para kader diajak brainstroming terkait dengan kebutuhan mendesak yang diperlukan sebagai bekal dalam menjadi kader. Kedua, para kader diajak memetakan kebutuhan. Ketiga, para kader diajak mengambil keputusan pelatihan yang terpenting yang akan dilakukan. Keempat, para kader diminta mengusulkan teknik pelatihan yang sebaiknya digunakan. Pelatihan para kader RW 1V Bubutan, Surabaya ini melalui tahap-tahap, yaitu 1) Tahap persiapan, 2) Menghadiri pelatihan, 3) Merefleksikan pelaksanaan entrepreunership 4) Menyusun perencanaan yang akan dilaksanakan untuk perbaikan. Target pelatihan ini adalah peserta dapat merintis usaha kecil menengah yang dikelola di dalam keluarga sehingga perekonomian keluarga teru terjaga.

The quality of human resources is an important aspect in regional development, which is reflected through the Human Development Index (HDI). HDI is influenced by various factors, including the economic conditions and education of the community. This study aims to analyze the effect of Gross Regional Domestic Product (GRDP) per capita and Average Length of Schooling (RLS) on HDI in South Kalimantan Province. The data used comes from the Central Statistics Agency (BPS) with a coverage of 13 regencies/cities during the period 2018 to 2023. The analysis method used is multiple linear regression with the help of R Studio software. The results of the study show that both GRDP per capita and RLS have a significant effect on HDI, both simultaneously and partially. The resulting model has an adjusted R² value of 0.8627, which indicates that 86.27% of the variation in HDI can be explained by these two variables. The classical assumption test including linearity, conditional zero error expectation, absence of multicollinearity, autocorrelation, homoscedasticity, and residual normality shows that the model used has met all the criteria as the Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Thus, this regression model is valid for use in estimating and making inferences on the factors that influence the HDI in South Kalimantan Province. This finding confirms that increasing education and economic growth are strategic steps in accelerating human development in South Kalimantan.

Tuberculosis (TB) is the ninth leading cause of death worldwide, surpassing HIV/AIDS. In 2016, TB-related deaths among HIV-negative individuals reached 1.3 million, while deaths among those with HIV-TB co-infection totaled 374,000. Indonesia ranks among the top five countries with the highest TB burden, accounting for approximately 5.8% of global TB cases. The TB prevalence rate in Indonesia in 2016 was 391 per 100,000 population, with nearly half of the cases occurring among women of reproductive age. It is estimated that 1–3% of pregnant women have TB, and some are also co-infected with HIV. The national target for TB elimination by 2030 is to reduce incidence to 65 per 10,000 population and mortality to 6 per 100,000 population. However, in Mimika District, the TB incidence remains high at 707 per 10,000 population, with a mortality rate of 27 per 100,000 population.This community service program aimed to improve knowledge regarding the prevention of pulmonary TB transmission from adults to toddlers living in the same household, in order to break the chain of transmission. The activity was conducted from July to September 2024 in Kamoro Jaya Subdistrict, under the jurisdiction of Wania Health Center, with 90 participants consisting of mothers with toddlers and community health volunteers (Posyandu cadres).Methods used included lectures, group discussions, and demonstrations. The educational material focused on the prevention of TB transmission in children. Participants completed a questionnaire before the activity. The results showed an increase in knowledge regarding the prevention of pulmonary TB in children.

This research discusses the increasing child violence in Bintan Regency every year. The purpose of this research is to analyze the implementation of collaborative governance in addressing violence against children. The research uses a descriptive qualitative method with data collection techniques through observation, interviews, and documentation. The theory used is the collaborative governance theory by Ansell & Gash, which consists of five indicators: face to face, trust building, commitment to process, shared understanding, and intermediate outcomes. The conclusion of this research shows that collaborative governance in addressing child violence in Bintan Regency has been implemented, with collaboration between the government, child protection agencies, and the community. The indicators of face to face, trust building, and shared understanding have been quite good through communication and coordination among the actors. However, the indicators of commitment to process and intermediate outcomes still face challenges such as changes in positions, sectoral egos, and time constraints. Although services for victims have started to improve, the rate of child violence remains high and many cases are resolved peacefully. An increase in commitment and coordination is needed to strengthen protection efforts and elevate the status of Child-Friendly Districts.

Hyperspectral unmixing is a fundamental task in remote sensing that aims to decompose mixed spectral pixels into their constituent materials and estimate their respective abundances. Traditional methods often face limitations due to nonlinear mixing effects and the lack of pure pixels. This paper proposes a deep learning-based comparative framework that integrates modified versions of the Minimum Simplex Convolutional Network (MiSiCNet) and Unsupervised Deep Image Prior (UnDIP), referred to as Blind MiSiCNet and Supervised UnDIP, respectively, to achieve robust unmixing and abundance estimation in real-world scenarios. The proposed Blind MiSiCNet removes downsampling and upsampling layers and leverages spatial and geometric priors through convolutional layers with a minimum simplex volume constraint, producing reliable initial abundance maps even in the absence of pure pixels. The Supervised UnDIP variant further refines these estimates using the implicit regularization of convolutional neural networks, incorporating known endmembers to generate noise-free and spatially coherent abundance maps. Experimental results on the real-world Jasper Ridge dataset demonstrate that the proposed supervised and blind unmixing methods, evaluated comparatively, significantly outperform existing approaches regarding Spectral Angle Distance (SAD) and Root Mean Square Error (RMSE). The results also highlight improved noise robustness and better preservation of spatial structures.