This study aims to explore the communication patterns between doctors and patients using the Halodoc application, particularly among Indonesian students in Turkey. The research uses Computer-Mediated Communication (CMC) Theory to analyze how these interactions occur in a digital health setting. Through interviews, observations, and document reviews, the study finds that communication on Halodoc relies heavily on both verbal and nonverbal cues, with the shared language and cultural background of users playing a significant role in facilitating smoother consultations. Despite challenges like time zone differences, occasional internet disruptions, and the inability to perform physical exams, Halodoc remains the preferred choice for Indonesian students in Turkey. The app’s convenience, time efficiency, and alignment with their fast-paced, practical lifestyle make it an accessible and reliable option. Positive user experiences also contribute to their ongoing loyalty, reflecting a broader trend where consumers prioritize overall satisfaction over just the service itself. However, the study highlights some key limitations, such as the over-reliance on verbal descriptions, which can lead to inaccurate diagnoses, especially in more complex cases. Future research could focus on improving telemedicine communication strategies, like enhancing video consultations and addressing digital infrastructure issues. The study underscores the potential of platforms like Halodoc to bridge geographical gaps in healthcare, while also recognizing the need for continuous improvements in telemedicine technology.Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pola komunikasi antara dokter dan pasien melalui aplikasi Halodoc, khususnya di kalangan mahasiswa Indonesia di Turki. Penelitian ini menggunakan Teori Komunikasi yang Dimediasi Komputer (Computer-Mediated Communication/CMC) untuk menganalisis bagaimana interaksi tersebut terjadi dalam konteks layanan kesehatan digital. Melalui wawancara, observasi, dan telaah dokumen, penelitian ini menemukan bahwa komunikasi di Halodoc sangat bergantung pada isyarat verbal dan nonverbal, dengan latar belakang bahasa dan budaya yang sama antar pengguna berperan penting dalam memperlancar proses konsultasi. Meskipun menghadapi tantangan seperti perbedaan zona waktu, gangguan internet, dan ketidakmampuan melakukan pemeriksaan fisik, Halodoc tetap menjadi pilihan utama bagi mahasiswa Indonesia di Turki. Kemudahan akses, efisiensi waktu, serta kesesuaian dengan gaya hidup yang cepat dan praktis membuat aplikasi ini menjadi opsi yang andal dan mudah dijangkau. Pengalaman pengguna yang positif juga mendorong loyalitas berkelanjutan, mencerminkan tren yang lebih luas di mana konsumen lebih mengutamakan kepuasan menyeluruh dibandingkan sekadar layanan yang diberikan. Namun demikian, penelitian ini juga menyoroti beberapa keterbatasan utama, seperti ketergantungan berlebih pada deskripsi verbal yang dapat menyebabkan kesalahan diagnosis, terutama dalam kasus yang lebih kompleks. Penelitian selanjutnya dapat difokuskan pada peningkatan strategi komunikasi telemedisin, seperti optimalisasi konsultasi video dan perbaikan infrastruktur digital. Penelitian ini menegaskan potensi platform seperti Halodoc dalam menjembatani kesenjangan geografis dalam layanan kesehatan, sekaligus menekankan perlunya pengembangan berkelanjutan dalam teknologi telemedisin.