Merjosari Village, Lowokwaru District, Malang City, some residents in RW 06 run a home industry producing lontong, contributing to economic growth and employment. However, this industry's growth impacts the environment, especially the accumulation of banana leaf waste from lontong wrappers. This waste is often dumped on the riverbank, resulting in a decline in environmental quality and pollution, while waste management officers cannot handle the increasing volume of waste. The remaining leaves are generally thrown away, potentially creating environmental problems if not appropriately managed, including the risk of flooding. Although often considered waste, banana leaves have the potential to be useful compost material. Proper processing of banana leaves can be an effective organic fertilizer, reduce waste volume, and utilize resources sustainably. However, the high cellulose in banana leaves can slow decomposition if not appropriately handled. Another obstacle is the lack of knowledge and access to efficient technology for processing banana leaves into compost. Environmental factors such as humidity and temperature also affect the quality of compost. Therefore, making banana leaf compost with rice husk biochar can be an effective solution that benefits the community and the environment. Training in making banana leaf compost with the addition of rice husk biochar effectively increases community capacity, reduces organic waste, and opens up new economic opportunities through environmentally friendly waste management.ABSTRAKDesa Mejosari di Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, sebagian warganya di wilayah RW 06 menjalankan industri rumah tangga yang memproduksi lontong, yang berkontribusi pada peningkatan ekonomi dan lapangan kerja. Namun, pertumbuhan industri tersebut berdampak pada lingkungan, khususnya penumpukan limbah daun pisang dari pembungkus lontong. Limbah ini sering dibuang di tepi sungai, yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan dan pencemaran, termasuk risiko bencana seperti banjir. Meski sering dianggap limbah, daun pisang memiliki potensi sebagai bahan kompos yang berguna. Pengolahan yang tepat, daun pisang dapat menjadi pupuk organik yang efektif, mengurangi volume limbah, dan memanfaatkan sumber daya secara berkelanjutan. Namun, tinggi selulosa dalam daun pisang dapat memperlambat proses dekomposisi jika tidak ditangani dengan baik. Kendala lain adalah kurangnya pengetahuan dan akses terhadap teknologi yang efisien untuk pengolahan daun pisang menjadi kompos. Oleh karena itu, penerapan metode pembuatan kompos daun pisang dengan biochar sekam padi bisa menjadi solusi yang efektif, memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Pelatihan pembuatan kompos daun pisang dengan tambahan biochar sekam padi, efektif dalam menekan limbah organik, sekaligus membuka peluang ekonomi baru melalui pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.