Industri kerajinan kain jeblos yang menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) memainkan peran penting dalam pelestarian budaya dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Namun, pengelolaan persediaan benang yang tidak efektif, baik karena kelebihan stok maupun kekurangan bahan baku, sering menyebabkan proses produksi terganggu. Dalam penelitian ini, metode Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) digunakan sebagai solusi ilmiah dalam manajemen rantai pasok untuk mengoptimalkan sistem pengelolaan stok benang. Data yang digunakan berasal dari pemakaian benang selama satu tahun (2020) pada salah satu unit usaha kain jeblos. Permintaan tahunan benang tercatat sebesar 11.396,24 kg. Berdasarkan perhitungan metode EOQ, jumlah pemesanan optimal setiap kali order adalah sebesar 754,86 kg, sedangkan titik pemesanan ulang (ROP) ditentukan pada saat persediaan menyentuh 221,59 kg, dengan asumsi konsumsi harian sebesar 31,66 kg dan lead time 7 hari. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa penerapan metode EOQ dan ROP dapat menurunkan total biaya persediaan tahunan dari Rp 1.752.143 menjadi Rp 1.509.717, sehingga menghasilkan penghematan sebesar ±Rp 242.425 per tahun. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa algoritma EOQ dan ROP dapat diterapkan secara efektif dalam skala usaha kecil kerajinan kain tradisional, guna meningkatkan efisiensi biaya dan menjaga kesinambungan pasokan bahan baku.