Abstract
Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan model pembelajaran yang digunakan dan dikembangkan di Algemeene Middelbare School A-1 (AMS A-1) jurusan Sastra Timur. AMS A-1 yang terletak di kota Solo, Hindia Belanda, merupakan fenomena sejarah yang unik dalam pendidikan kolonial. Para guru di lembaga pendidikan yang didirikan oleh pemerintah kolonial pada tahun 1926 ini mengembangkan model pembelajaran interaktif di dalam dan luar kelas. Artikel ini menggunakan metode sejarah untuk menganalisis perkembangan dan pengaruhnya terhadap siswa. Pembelajaran di luar kelas merupakan konsep baru di awal abad ke-20 di kepulauan Indonesia yang dijajah, karena proses pembelajaran biasanya hanya berlangsung di dalam kelas dan laboratorium. Siswa SMA AMS A-1 diajak untuk melakukan kunjungan lapangan tahunan untuk mengunjungi candi-candi yang dibangun oleh nenek moyang mereka, yang merupakan warisan budaya mereka. Tujuan dari model ini adalah untuk melihat dari dekat warisan budaya asli, yang biasanya hanya mereka ketahui dari buku pelajaran, untuk menghilangkan mitos tradisional tentang tempat tersebut, dan untuk mempererat hubungan antara siswa dan guru. Selain itu, hal ini menciptakan kebanggaan tersendiri ketika mempelajari warisan ini. Kegiatan belajar mengajar ini berimplikasi pada tumbuhnya nasionalisme budaya Indonesia yang menjadi sarana untuk melawan kolonialisme. Lembaga AMS A-1 dengan demikian menjadi bumerang bagi pemerintah kolonial Belanda.