Pekerja seks komersial (PSK) telah menjadi masalah sosial yang meresahkan sejak bertahun-tahun. Dampaknya terasa dalam penurunan nilai-nilai moral dan agama, menciptakan ketegangan sosial, dan meningkatkan risiko penularan penyakit. Penyebab utama prostitusi adalah ketimpangan ekonomi, mendorong individu dengan ekonomi rendah untuk mencari cara memenuhi kebutuhan primer mereka. Pandemi COVID-19 dan konflik Rusia-Ukraina juga mempengaruhi perekonomian Indonesia, memicu terputusnya hubungan kerja (PHK), inflasi dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di era Revolusi 4.0 internet memberikan dampak negatif seperti melenturkan budaya, mengganggu kesehatan mental dan menciptakan jurang sosial yang dalam. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dan teknik observasi partisipatif serta wawancara tidak terstruktur untuk mengumpulkan data di Kabupaten Ngawi. Teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow digunakan sebagai kerangka teori untuk memahami motivasi individu dalam situasi sulit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa internet melemahkan masalah prostitusi dengan memicu pencitraan sosial dan memperluas prostitusi bisnis melalui inovasi digital, seperti video call seks (VCS). Situasi ini menciptakan lingkungan yang tidak stabil dan meningkatkan risiko sosial di Kabupaten Ngawi, memperparah masalah kemiskinan dan isolasi sosial