Pemilihan Kepala Desa menjadi satu agenda besar di tengah-tengah masyarakat, terutama masyarakat pedesaan. Tindakan suap-menyuap untuk memperoleh suara bukanlah suatu hal yang baru pada agenda tersebut. Karena pemikiran masyarakat yang menanggap bahwa ini hanya skala kepala desa, sehingga banyak sekali individu yang menganggap hal ini kurang penting. Hak pilih yang tidak digunakan dilirik oleh calon kepala desa untuk mendapatkan suara. Calon kepala desa memberi uang kepada mereka agar mendapatkan suara dari masyarakat, terutama individu yang tidak ingin mencoblos. Penelitian ini melihat fenomena yang terjadi di masyarakat mengenai money politic atau politik uang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat alasan masyarakat mengambil uang yang berasal dari calon kepala desa. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan purposive sampling. Subjek penelitian ialah masyarakat Desa Petiken yang meneriman suap serta tidak ingin ikut serta dalam pemilihan pada awalnya. Penelitian ini melihat menggunakan kacamata teori Alfred Schutz tentang fenomenologi. Hasil penelitian ialah bahwa minat masyarakat untuk datang ke tps dapat di beli dengan uang. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat pada calon kepala desa sehingga mereka memilih untuk golput, jika tidak ada uang atau umpan untuk pergi maka tidak akan pergi. Masyarakat yang diberi uang merasa bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan jika mengabil uang tersebut dan menjalankan hak suara yang mereka miliki.