Artikel Pengabdian kepada Masyarakat ini memaparkan implementasi dekolonisasi sebagai strategi budaya untuk promosi toleransi dan inklusivitas bagi kelompok gender marginal di Indonesia. Keragaman gender tidak hanya terbatas pada paradigma gender esensialis yang betumpu pada identitas gender yang bersifat biner. Beberapa faktor sosial, budaya, dan politik justru melahirkan berbagai identitas gender yang menubuh pada kepercayaan dan budaya lokal. Salah satunya pada komunitas Bissu pada suku Bugis di Sulawesi Selatan. Dengan menggunakan perspektif indigenous queer dalam pembangunan perdamaian, artikel ini menantang paradigma dominan terhadap pandangan gender biner, serta mempromosikan toleransi dan inklusivitas. Adapun perspektif ini menekankan pentingnya dekolonisasi, interseksionalitas, dan pengakuan atas beragam identitas berdasarkan pengalaman tiap kelompok sebagai kontribusi terhadap pemahaman hak asasi manusia pada tataran masyarakat global. Implementasi dilakukan lewat model pembangunan perdamaian bagi indigenous queer lewat Pelatihan Sere Bissu yang bekerjasama dengan Project Budaya Bone, Kerukunan Waria-Bissu Bone (KWRB), Dinas Pariwisata Kabupaten Bone, dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Bone pada tahun 2022 di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Kesimpulannya, pelatihan Sere Bissu telah berhasil memastikan partisipasi aktif dari kelompok Bissu, pengembangan ketrampilan dan sumber daya dalam komunitas, serta mendiseminasikan pentingnya identitas dan tradisi budaya yang dapat mengarah ke advokasi komunitas Bissu hingga pada rekonsiliasi. Dengan kata lain, pelatihan Sere Bissu telah menempati model pembangunan perdamaian bagi komunitas Bissu pada tahap revitalisasi dan dukungan.