Nyadran is a series of traditional ceremonies, which are part of cultural heritage and believe that certain places are sacred or holy places. Nyadran traditions like this are a from of salvation carried out as a from of gratitude and respect for ancestors. The data collection technique used in this research was interviews with the main sources, the head of the Nyadran committee and the of Brayo village. The location of this research was in Ujung Biru Hamlet, Brayo Village, Wonotunggal District.  Nyadran activities in Ujung Biru Hamlet are held in the month of Muharrom because Muharrom is not the Hijri New Year. Nyadran implementation in Brayo Village has been carried out since ancient times, as time goes by, the nyadran tradition has undergone many changes

Sepasang suami istri yang menikah tanpa adanya kesamaan keimanan dalam artian perkawinan beda agama manimbulkan banyak sekali perbedaan pandangan baik dalam agama islam atupun pandangan dalam hak asasi manusia. Perkawinan tersebut akan selalu ada hak dan kewajiban suami istri yang kurang terpenuhi. Agama islam mengatur dengan jelas bahwa perkawinan beda agama itu dilarang dalam pelaksanaannya. Namun dalam hak asasi manusia terdapat yang adanya hak untuk menikah dan adanya hak kebebasan. Dengan demikian, penulisan jurnal ini membahas perkawinan beda agama dalam pandangan agama islam dan hak asasi manusia.