This study aims to describe the phenomenon of toddlers being left behind by parents who work in Dusun Nganyang RT 04, Sitimulyo Village, Piyungan, Bantul, and to analyze the community's perspective on this phenomenon from an Islamic viewpoint. The research uses a qualitative approach with a descriptive type of study, which presents the phenomenon in depth without using statistical tools. Data were collected through interviews, non-participant direct observation, and documentation, involving four housewives as informants. The findings show that the community views this phenomenon as an economic necessity, although there is concern about its impact on the emotional and social development of toddlers. From an Islamic perspective, parenting, especially in early childhood, is a significant responsibility of parents, emphasizing the balance between work and providing full attention to children. The implications of this study highlight the importance of religious and social education for the community to understand Islamic values related to child-rearing, as well as the need for policies that support family welfare without sacrificing children's development.

Education is a crucial process in humanizing individuals, serving as a tool for individuals to interact effectively within their communities and society. Designed to develop self-improvement, enhance quality of life, and elevate individual dignity in pursuit of national goals, education plays a pivotal role. Social institutions, through their role in meeting societal needs, support the quality education process. This literature review highlights the importance of synergy between education and social institutions in shaping competent individuals who contribute positively to society. Utilizing a literature review method, data were gathered from various scholarly sources such as books, academic journals, and official documents. The findings underscore that education and social institutions are intertwined in developing character, knowledge, and skills among individuals. With support from families, communities, and the government, education can enlighten the nation and comprehensively develop the potential of learners. Innovative educational programs like e-books and e-learning, initiated by the government, signify positive steps in overcoming challenges and enhancing educational quality in Indonesia.
 
 

Keberanian siswa untuk berpendapat di dalam kelas merupakan faktor penting yang mempengaruhi mutu pembelajaran. Penelitian ini menganalisis keberanian berpendapat pada siswa kelas VIII Salafiyah Wustho Pondok Pesantren Islamic Center Bin Baz Yogyakarta. Observasi menunjukkan bahwa banyak siswa masih pasif dalam mengemukakan pendapat selama proses pembelajaran. Keberanian berpendapat melibatkan kekuatan emosional untuk menghadapi tantangan, berpikir kritis dan kreatif, serta mengatasi ketakutan dalam menyampaikan ide. Indikator keberanian ini meliputi kemampuan untuk mengungkapkan pendapat secara spontan, logis, dan percaya diri. Faktor-faktor yang mengembangkan keberanian siswa mencakup keberanian, kegigihan, integritas, dan vitalitas. Siswa yang berani tidak takut menghadapi tantangan dan berani berbicara untuk membela kebenaran. Kegigihan mendorong mereka untuk menyelesaikan apa yang telah mereka mulai meskipun menghadapi rintangan. Integritas memastikan bahwa siswa bersikap jujur dan bertanggung jawab dalam proses pembelajaran, sementara vitalitas menggambarkan semangat dan antusiasme siswa dalam menghadapi kegiatan pembelajaran. Dukungan dari keluarga dan guru, serta lingkungan yang kondusif, sangat penting untuk mendorong siswa agar aktif berpartisipasi dalam diskusi kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberanian berpendapat dapat ditingkatkan melalui strategi pembelajaran kolaboratif, umpan balik positif, dan suasana kelas yang inklusif. Pengembangan keberanian ini membantu siswa menjadi individu yang percaya diri, mampu berpikir kritis, dan berkontribusi secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, meningkatkan keberanian berpendapat bukan hanya memperkaya pembelajaran tetapi juga mengembangkan keterampilan penting untuk kehidupan siswa di masa depan.
 

Jurnal ini mengeksplorasi pentingnya pendidikan karakter cinta kebersihan dalam perspektif Islam dan implementasinya di TA/TK Miftahussalam Kotayasa Sumbang Banyumas. Kebersihan, yang diajarkan sebagai bagian dari iman dan moralitas dalam hadits-hadits Rasulullah, menjadi fokus utama dalam pembentukan karakter anak usia dini. Pendidikan di TA/TK Miftahussalam mengintegrasikan nilai-nilai kebersihan dalam aktivitas sehari-hari seperti menjaga kebersihan lingkungan, menggosok gigi, dan membersihkan tempat ibadah. Metode penelitian kualitatif digunakan dengan data primer dari observasi dan data sekunder dari studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter kebersihan tidak hanya meningkatkan kesadaran anak terhadap pentingnya kebersihan, tetapi juga membangun karakter islami yang sensitif terhadap lingkungannya. Penanaman kebiasaan baik sejak dini memberikan bekal yang cukup bagi anak dalam hubungan mereka dengan Allah dan masyarakat, sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan kebersihan fisik dan spiritual.