Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat menuntut adanya penyesuaian yang cepat juga oleh penggunanya. Namun ternyata, realitanya hal ini tidak terjadi sama di masyarakat Indonesia, salah satunya Guru Paud. Pengelola Himpaudi Ungaran Barat memaparkan kondisi para guru Paud yang berada dalam wilayahnya, bahwa mereka sudah memiliki laptop dan sudah melakukan proses penyusunan dokumen administratif, namun penyusunan tersebut tidak bisa dilakukan secara cepat dan rapi, karena kemampuan penggunaan aplikasi word hanya sebatas mengetik tanpa pengaturan otomatis. Dari pemaparan tersebut, maka tujuan pengabdian ini adalah meningkatkan kemampuan para guru PAUD di wilayah Himpaudi Ungaran Barat dalam menggunakan aplikasi microsoft word untuk mengerjakan dokumen administratif. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah praktek langsung menggunakan aplikasi Ms.Word, dimana setiap sebelum mempraktekkan diberikan penjelasan dan contoh praktis terlebih dahulu. Hasil dari pengabdian ini bahwa tampak rata-rata pemahaman para guru PAUD selaku peserta pengabdian meningkat sebesar 66.02%

<p>Penelitian ini bertujuan untuk memahami representasi budaya patriarki dalam masyarakat Batak yang tertuang dalam film "Ngeri Ngeri Sedap." Dengan judul "Memahami Representasi Budaya Patriarki Masyarakat Batak dalam Film Ngeri Ngeri Sedap," penelitian ini meneliti secara mendalam elemen-elemen patriarki yang tergambar dalam film dan dampaknya terhadap tatanan masyarakat. Hasil penelitian diharapkan mampu menghasilkan kesadaran tentang keberadaan budaya patriarki sertamemberikan panduan dalam mencegah dampak negatif dari budaya patriarki terhadap masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori Roland Barthes sebagai kerangka analisis untuk mengidentifikasi dan menganalisis adegan-adegan yang mencerminkanpatriarki dalam film. Tiga adegan utama dianalisis dengan pendekatan makna konotasi dan denotasi untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang representasi budaya patriarki. Dalam penutup, penelitian ini menguraikan dampak dan signifikansi dari mitos patriarki yang tercermin dalam film, memberikan pemahaman yang lebih dalamtentang dinamika budaya patriarki dalam masyarakat Batak, serta mengajak untuk merumuskan tindakan preventif dalam menjaga keseimbangan dan kesetaraan dalam kehidupan masyarakat.</p><p> </p>

Introduction: This study tries to explores the significant roles of Twitter in creating leverage community participation as part of community empowerment in urban context. Twitter’s characters encourage people to informalize current issue in easy digestive forms. This study argues that Twitter practice will improve urban community for better life in every aspects. Also this study focusing on how urban community utilize Twitter to participate in city issues.Methods: This research used several data collection and processing including online data mining through Netlytic, online observation and semi structured interview within time period from 2021–2022.Findings: The research’s finding portrayed results in three achievements. First, Twitter significantly created leverage empowerment in a form of community participation to improve the city quality of life. Second, community empowerment was gained through holistic process and come. Third, using Twitter as appropriated and integrated strategy is a design of community empowerment. Twitter, in particular #laporhendi can be alternatives space for community discussion and participation amongst residents and local government and lead to community empowerment. Practically, urban community has the same opportunity to access Twitter and creates dynamically interaction and communication in Twitter in many direction, one to one ways, or two ways.Originality: Although research about social media and community empowerment has been studied for decades, many research tends to explore and focus on rural and marginal community. There were few studies emphazise and discusses from the urban community point of view.