Research Objectives: Mental and psychological health are key assets for athletes to achieve success. One psychological aspect is self-confidence and anxiety prior to a match. Currently, these aspects significantly influence an athlete's ability to understand the game pattern. Therefore, knowledge regarding anxiety and self-confidence in athletes before a match begins is necessary. Purpose : This study aims to determine the levels of anxiety and self-confidence among male futsal athletes before a match. Methods:  The methodology employed is quantitative descriptive, utilizing a questionnaire comprising 31 items administered to 12 male futsal athletes. Data were analyzed descriptively using percentages and categorized according to the categories corresponding to each score obtained. Results will be presented using tables and frequency diagrams. Results: The study found that 75% of athletes still had high anxiety levels and 75% had high self-confidence levels. The lowest anxiety score was 8.33%, and self-confidence scores were in the high and very high categories. Conclusion: It is recommended that athletes regularly engage in mental training to reduce anxiety levels and maintain and enhance self-confidence, thereby optimizing performance during matches. Additionally, further research is needed involving a larger and more diverse sample, including gender differences, to identify other influencing factors.

Aplikasi berbasis mobile untuk deteksi dini penyakit kulit memiliki potensi besar dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap kesehatan kulit. Program pengabdian ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan sosialisasi terkait pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan dalam deteksi dini penyakit kulit kepada mahasiswa dan tenaga kesehatan di STIKES Telogorejo Semarang. Kegiatan ini meliputi pelatihan penggunaan aplikasi, pemahaman dasar tentang teknologi kecerdasan buatan dalam analisis citra medis, serta diskusi interaktif mengenai pentingnya deteksi dini dalam pencegahan penyakit kulit. Metode yang digunakan mencakup presentasi, demonstrasi langsung, serta sesi praktik dengan studi kasus nyata. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan peningkatan pemahaman peserta mengenai teknologi deteksi penyakit kulit berbasis AI, serta meningkatnya minat dalam mengadopsi teknologi digital dalam bidang kesehatan. Selain itu, peserta juga memberikan umpan balik positif terkait kemudahan penggunaan dan manfaat aplikasi dalam mendukung diagnosis awal. Kesimpulannya, edukasi dan sosialisasi ini berhasil meningkatkan literasi digital di bidang kesehatan serta mendorong pemanfaatan teknologi dalam layanan medis. Ke depan, pengembangan aplikasi lebih lanjut dan implementasi di fasilitas kesehatan diharapkan dapat semakin meningkatkan kualitas layanan kesehatan berbasis teknologi

Recently, many teenagers have been doing mountain climbing, one of which is Mount Lorokan. This study examines the motivation of teenagers in climbing Mount Lorokan and looking for differences in heart rate before and after climbing. This study uses a quantitative descriptive type with a purposive sampling technique and a sample size of 30 respondents. The respondents' heart rate data was taken before and after climbing and then given a questionnaire consisting of 29 questions. It is known that the results of the pretest and posttest heart rate obtained a significant figure of 0.00 <0.05, which means that there is a difference in the heart rate of teenagers. Furthermore, the results of the motivation questionnaire show that the motivation of teenagers to climb Mount Lorokan is more influenced by intrinsic factors with a percentage value of 83.44%, compared to extrinsic factors which obtained a percentage value of 66.67%. Where each indicator has a percentage value, such as the indicator of the desire to explore one's abilities with an average value of 79.33% in the high category, the indicator of enjoying the beauty of nature with an average value of 86.33% in the very high category, the indicator of the need for relaxation with an average value of 84.67% in the very high category, the indicator of social pressure with an average value of 76.67% in the high category, the indicator of social media trends with an average value of 68.33% in the high category, and the indicator of recognition from others with an average value of 55% in the sufficient category.

Pemberdayaan perempuan merupakan strategi dalam meningkatkan peran perempuan dalam mengembangkan potensi diri agar dapat mandiri dan bahkan dapat berkontribusi positif terhadap pendapatan ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Program pemberdayaan perempuan dan keluarga dapat melalui pelatihan keterampilan, salah satunya adalah pelatihan digital marketing. Tujuan kegiatan pelatihan digital marketing yakni memberikan pengetahuan dan keterampilan perempuan maupun ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) agar dapat memotivasi untuk menjadi womenpreneure, bahkan mengembangkan bisnis di era modern. Sasaran kegiatan ini adalah ibu-ibu PKK Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Semarang. Pelatihan ini diberikan pemahaman secara teori mengenai pentingnya digital marketing dalam meningkatkan visibilitas dan daya saing bisnis. Peserta pelatihan juga melakukan praktik untuk pemanfaatan teknologi digital dalam mempromosikan produk dan jasa. Keberhasilan pelatihan diukur dari peningkatan pengetahuan yaitu mampu menjawab soal dengan benar dengan nilai diatas 81 sebesar 100%, rerata tingkat kepuasan peserta terhadap kegiatan pelatihan sebesar 90%.

Transformasi pendidikan lewat kebijakan merdeka belajar adalah perwujudan demi mewujudkan SDM Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. Merdeka belajar ditujukan untuk jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah seperti SMP/SMA/SMK/Sederajat. Jenjang SMP yang pada kurikulum 2013 tidak ada mata pelajaran TIK, tapi pada saat akan masuk SMA dituntut untuk bisa materi TIK secara dasar. Untuk itu tim pengabdian Udinus menawarkan adanya suatu kerja sama yang intinya memberi pelatihan dan pendampingan kepada siswa – siswa SMP Ibu Kartini belajar materi tentang TIK. Agar materi yang akan diberikan tidak membosankan, maka materi tersebut akan diambil tema game edukasi. Banyak geme edukasi yang tersebar di dunia teknologi saat ini, maka tim pengabdi memilih metode yang sesuai dengan siswa SMP dan bisa menjadi bekal siswa – siswa tersebut dalam menghadapi program merdeka belajar saat SMA nanti. Metode yang akan diambil adalah metode pemahaman logika dalam pemrograman computer yang ada pada game edukasi code.org. Dalam game tersebut siswa bisa mengerjakan 20 game yang tingkat kesulitannya berdasarkan logika pemrograman computer yang nantinya akan dipelajari di SMA. Dengan pelatihan game edukasi ini, siswa bisa benar – benar mengerti tentang logika pemrograman. Pada akhir pelatihan ini, siswa akan mendapatkan sertifikat dari code.org bila bisa menyelesaikan 20 game dengan benar.