Nasal hypertrophy is a swelling that occurs in the nasal concha. This condition is caused because the inferior concha has a larger anatomical size when compared to the other concha structures. The process of diagnosing nasal hypertrophy often requires high clinical skills and experience. RSU Putri Bidadari is one of the hospitals that treats Nasal Hypertrophy disease in patients. Nose hypertrophy disease has several symptoms that are felt which are usually caused by several factors such as exposure to certain allergens, chronic sinus infections, or a family history of similar nasal problems, so several diagnostic tests are needed that can confirm the diagnosis, such as nasal endoscopy to see directly the condition inside the nose, medical imaging such as CT scan or MRI to evaluate the structure of the nose in more detail, or allergy tests to identify the causative allergen. From the above problems, patients really need a system that becomes a recommendation in helping provide information about nasal hypertrophy disease that can diagnose early and take further action to prevent nasal hypertrophy disease. By using the certainty factor method, information from the steps above can be systematically analyzed to determine the level of confidence in the diagnosis of nasal hypertrophy. These factors can be assessed based on severity, presence of typical symptoms, correlation with risk factors, and results of physical examination and diagnostic tests. Based on the results of the CF calculation, the highest value is in the type of nasal hypertrophy disease with the type of Septal Deviation disease having a value of 1 or 100%, in the type of Rhinitis disease having a value of 94.24% and in the type of sinusitis disease having a value of 85.60%. From the results obtained, the system identifies that the patient has nasal hypertrophy with Septal Deviation type by 100%.
 

Tenaga akuntan sektor publik yang profesional dibutuhkan untuk menjaga perilaku kurang pantas yang dituduhkan kepada pejabat pemerintah yang berhubungan dengan sistem keuangan negara. Hal tersebut dikarenakan uang yang dikelola oleh negara adalah uang milik rakyat sehingga diperlukan pertanggungjawaban dan transparansi dari penggunaan dana yang ada karena instansi pemerintah rentan terjadi kecurangan dalam sistem keuangan negara. Oleh karena itu diperlukan tenaga akuntan yang dapat memenuhi etika profesinya agar hasil audit yang diberikan berkualitas. Etika profesi akuntan tersebut adalah tanggungjawab kepentingan publik, profesi, objektivitas, integritas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, perilaku profesional, kerahasiaan, dan standar teknis. Etika profesi akuntan tersebut dilaksanakan pada semua jenis audit termasuk pada audit kepatuhan kontrak. Audit kepatuhan kontrak tersebut merupakan audit untuk memeriksa bukti dalam menetapkan apakah kegiatan keuangan yang dilakukan telah selaras dengan tuntutan-tuntutan atau ketentuan peraturan yang berlaku. Penelitian ini mengaplikasikan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Data-data yang digunakan dapat berupa hasil wawancara, kutipan lapangan, dokumen pribadi catatan atau memo serta dokumen formal lainnya. Data-data tersebut kemudian dianalisis dengan menelaah secara satu demi satu.