AR applications, commonly known as "smart tourism," offer considerable potential in the tourism industry. They provide a fundamental change in the way travelers discover, acquire knowledge, and engage with destinations. This analysis forms the foundation for offering well-informed suggestions for future research endeavors in the field of tourism enhanced by augmented reality (AR). In order to carry out this systematic review, an extensive search was performed on various electronic databases, such as Scopus, Web of Science, and Google Scholar. The search methodology employed the utilization of pertinent keywords such as "augmented reality," "smart tourism," and "tourism experience." After the initial search, a substantial amount of articles were obtained, and subsequently, they were refined using predetermined criteria for inclusion and exclusion. This systematic review has presented a thorough and detailed summary of the current research progress on augmented reality in the field of smart tourism. The findings emphasize the diverse uses of augmented reality (AR) in boosting tourist experiences, enhancing access to information, fostering greater involvement, and advocating for sustainable tourism practices. Nevertheless, in order to fully use the potential of augmented reality (AR) in the tourism sector, it is imperative to tackle obstacles pertaining to technical constraints, user approval, integration, and privacy apprehensions.

Pelayanan prima atau juga dikenal dengan excellent service adalah upaya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan. Tujuan dari pelayanan ini untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Kota salatiga merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang memiliki potensi yang cukup besar sebagai wisata unggulan di Jawa Tengah.Pengabdoan Masyarakat STIEPARI berupa untuk mewujudkan Salatiga menjadi wisata unggulan di Jawa tengah yaitu dengan memberikan pelatihan pelayanan prima terhadap masyarakat terutama di 3 kelurahan yaitu Kelurahan Ledok, Tegalrejo, dan Kumpulrejo.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam tiga tahapan yaitu tahap  sosialisasi  dan  persiapan,  tahap  implementasi,  dan  tahap  evaluasi.  Pada tahapan pertama, dilakukan koordinasi internal tim pelaksana kegiatan maupun koordinasi eksternal yang melibatkan mitra kegiatan, tahapan implementasi merupakan proses koordinasi melalui FGD  yang   hadir   dan   beberapa   komunitas masyarakat dan juga pemerintah terkait, tahap Praktek Lapangan melalui observasi langsung ke lapangan dan tahapan terakhir berupa evaluasi kegiatan, yaitu evaluasi teknis dan evaluasi melalui diskusi langsung dengan beberapa pihak untuk mencapai kesimpulan.